Hikmah

Kisah LGBT Kaum Nabi Luth Diazab Allah karena Suka Sesama Jenis

Kastolani Marzuki · Sabtu, 14 Mei 2022 - 09:00 WIB
Kisah LGBT Kaum Nabi Luth Diazab Allah karena Suka Sesama Jenis
Kota Sodom di Yordania yang dihancurkan Allah SWT karena masyaraktnya yakni kaum sodom di zan Nabi Luth suka sesama jenis. (Foto: istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Kisah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) kembali mencuat. Dalam ajaran Islam, LGBT atau suka sesama jenis sangat dilarang dan merupakan perbuatan keji yang dosanya sangat besar.

Menurut Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis, Islam telah mengharamkan dan mengutuk perbuatan LGBT.

Cholil menilai, LGBT merupakan sebuah ketidaknormalan. Oleh karena itu, sepatutnya LGBT tidak boleh dibiarkan begitu saja, apalagi dengan dalih toleransi. 

Kisah LGBT Kaum Nabi Luth

LGBT memang bukan hal baru. Jauh sebelumnya, sudah ada kisah LGBT pada zaman Nabi Luth Alaihi salam (as). 

Nabi Luth merupakan putra Ibnu Haran ibnu Azar, yaitu anak saudara lelaki Nabi Ibrahim Al-Khalil AS. Dia telah beriman bersama Nabi Ibrahim dan hijrah ke tanah Syam bersamanya.

Kemudian Allah mengutus Nabi Luth kepada kaum Sodom dan daerah-daerah sekitarnya untuk menyeru mereka agar menyembah Allah Swt memerintahkan mengerjakan kebajikan, dan melarang mereka melakukan perbuatan mungkar.

Kisah LGBT Kaum Nabi Luth itu diabadikan dalam tiga surat Al Quran, di antaranya Surat Al-A'raf ayat 80-81, Surat Hud dan Surat Al Hijr.

Saat itu kaum Sodom tenggelam di dalam perbuatan-perbuatan yang berdosa, hal-hal yang diharamkan, serta perbuatan fahisyah (kerusakan) yang mereka adakan sendiri dan belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari kalangan Bani Adam dan juga oleh lainnya; yaitu mendatangi jenis laki-laki, bukannya jenis perempuan (homoseks).

Perbuatan ini merupakan suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh Bani Adam, belum dikenal dan belum pernah terbetik dalam hati mereka untuk melakukannya selain penduduk Sodom.

Karena itulah maka Nabi Luth mengatakan kepada kaumnya, seperti yang disitir oleh firman Allah Swt:

وَلُوْطًا اِذْ قَالَ لِقَوْمِهٖٓ اَتَأْتُوْنَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ اَحَدٍ مِّنَ الْعٰلَمِيْن اِنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّنْ دُوْنِ النِّسَاۤءِۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ

Artinya: Mengapa kalian mengerjakan perbuatan fahisyah itu yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian? Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita. (Al-A'raf: 80-81)

Nabi Luth mengatakan kepada kaumnya jika perbuatan mereka melampaui batas dan suatu kebodohan, karena perbuatan seperti itu berarti menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Kemudian Nabi Luth berkata kepada kaumnya:

قَالَ هٰٓؤُلَاۤءِ بَنٰتِيْٓ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَۗ

Artinya: Inilah putri-putriku (kawinilah mereka), jika kalian hendak berbuat (secara halal). (Surat Al Hijr: 71).

Nabi Luth memberikan petunjuk kepada mereka untuk mengawini putri-putrinya. Tetapi mereka merasa keberatan dan beralasan tidak meng­inginkannya.

Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya engkau tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.” (Surat Hud: 79)


Editor : Kastolani Marzuki

Follow Berita iNews di Google News