JAKARTA, iNews.id - Apakah orang yang sudah meninggal bisa merasakan rindu menarik diulas. Orang yang telah meninggal memang sudah berpisah dari alam dunia. Meski demikian, mereka masih bisa merasakan rindu kepada keluarganya seperti orang yang masih hidup.
Orang yang sudah meninggal juga bisa melihat, mendengar dan menjawab salam dari orang yang masih hidup ketika diziarahi kuburnya.
Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana dikutip dari Buku Ritual dan Tradisi Islam Jawa karya KH Muhammad Sholikin, ketika peziarah datang ke kuburan, mayat mengetahuinya, mendengar kata-katanya dan menjawab salamnya.
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa pada hakikatnya orang yang sudah meninggal itu mereka masih hidup tapi di alam yang berbeda, mereka berakal dan tetap mendengar dan menjawab.
Imam Al suyuthi mengenai ziarah kubur mengatakan hal yang paling menghibur mayat di kuburnya adalah jika orang yang dicintainya di dunia mengunjunginya.
Diriwayatkan juga bahwa orang-orang yang sudah meninggal mengetahui siapa saja yang mengunjunginya pada hari Jumat, sebelum dan sesudahnya.
Allah SWT berfirman dalam Al Quran, Surat Ar Rum ayat 52-53
فَإِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ (52) وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakangi. Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami).(QS. Ar Rum: 52-53)
Ibnu Katsir menjelaskan, ayat tersebut menegaskan bahwa Allah Swt dengan kekuasaan-Nya dapat menjadikan orang-orang yang telah mati mendengar suara orang-orang yang hidup.
Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya ketika masuk atau melewati pekuburan untuk mengucapkan salam.
Ibnu Abud Dunia telah meriwayatkan di dalam Kitabul Qubur melalui Siti Aisyah radhiyallahu'anha mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
"مَا مِنْ رَجُلٍ يَزُورُ قَبْرَ أَخِيهِ وَيَجْلِسُ عِنْدَهُ، إِلَّا اسْتَأْنَسَ بِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ حَتَّى يَقُومَ"
Artinya: Tiada seorang pun yang menziarahi kubur saudaranya, lalu duduk di sisinya melainkan saudaranya itu terhibur dengan kedatangannya dan menjawab salamnya hingga ia bangkit (meninggalkannya).
Lantas, benarkah orang yang sudah meninggal bisa merasakan rindu seperti sewaktu masih hidup? Berikut ulasannya.
Apakah Orang yang Sudah Meninggal Bisa Merasakan Rindu
Dalam Kitab Jami' Al Kabir karya Imam As Suyuthi sebagaimana dilansir dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah-KTB, disebutkan bahwa orang yang sudah meninggal bisa merasakan rindu. Mereka datang setiap malam Jumat ke rumah tempat tinggalnya sewaktu masih di dunia.
وقال صلى الله عليه وسلم : { إن أرواح المؤمنين يأتون في كل ليلة إلى سماء الدنيا ويقفون بحذاء بيوتهم وينادي كل واحد بصوت حزين ألف مرة يا أهلي وأقاربي وولدي يا من سكنوا بيوتنا ولبسوا ثيابنا واقتسموا أموالنا هل منكم من أحد يذكرنا ويفكرنا في غربتنا ونحن في سجن طويل وحصن شديد ؟ فارحمونا يرحمكم الله ولا تبخلوا علينا قبل أن تصيروا مثلنا يا عباد الله إن الفضل الذي في أيديكم كان في أيدينا وكنا لا ننفق منه في سبيل الله وحسابه ووباله علينا والمنفعة لغيرنا ؛ فإن لم تنصرف أي الأرواح بشيء فينصرفون بالحسرة والحرمان } ا هـ من الجامع الكبير
Artinya: Berkata Nabi saw : Sesungguhnya Arwah-arwah kaum mu'minin itu setiap malam mendatangi langit dunia dan mereka ( arwah ) berhenti / berdiri sejajar (tepat lurus di atas) rumah-rumah mereka ( selama masih hidup ), mereka memangil / menyeru, setiap kali seruan dengan suara susah seribu kali seruan. Wahai ahliku dan kerabatku dan anak-anakku.
Wahai orang yang telah menempati rumahku, dan memaki baju tinggalanku dan yang telah membagi warisan hartaku. Adakah dari mu seseorang yang ingat padaku dan memikirkan Rantauanku ( merantau ). Aku dalam penjara yang sangat lama, dan dalam benteng yang sangat kuat. Maka Kasihanilah aku, maka Allah akan menghasihi kalian dan jangan lah kamu pelit terhadapku sebelum kalian menjadi seperti aku ( mati ) wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya apa yang utama di tanganmu itu juga di tanganku. Dan akau tidak menafkah kan nya di jalan Allah dan aku tidak menghitungnya serta perduli terhadapnya ( harta ) dan sekarang manfaat nya terhadap selain ku. Maka bila kamu tidak memberikan sesuatu pada arwah-arwah tadi dengan sesuatu, maka mereka para arwah akan pergi dengan kerugian dan dia akan tercegah.
Manfaat Ziarah Kubur
Berkaitan dengan apakah orang yang sudah meninggal bisa merasakan rindu bisa disimak dari riwayat berikut.
Al-Fadl ibnul Muwaffiq (anak lelaki pamannya Sufyan ibnu Uyaynah) menceritakan, "Ketika ayahku meninggal dunia, aku merasa sangat sedih, dan aku selalu menziarahi kuburnya setiap hari. Kemudian ia tidak lagi menziarahinya selama beberapa waktu yang dikehendaki oleh Allah Swt.
Pada suatu hari aku kembali menziarahi kubur ayahku; dan ketika aku sedang duduk di dekat kubur ayahku, tiba-tiba mataku terserang kantuk, lalu tertidur. Di dalam mimpiku aku melihat seakan-akan kubur ayahku terbuka, dan seakan-akan ayahku sedang duduk di pinggirnya dengan berpakaian kain kafannya, sedangkan rupanya adalah rupa orang yang telah mati."
Al-Fadl kemudian menangis melihat pemandangan itu, lalu ayahnya bertanya, "Hai anakku, apakah gerangan yang membuatmu lama tidak menziarahiku?" Aku menjawab, "Apakah engkau benar-benar mengetahui kedatanganku?"
Ayahnya menjawab, "Tidak sekali-kali kamu datang menziarahiku melainkan aku mengetahuinya. Dulu kamu sering menziarahiku, dan aku merasa senang dengan kedatanganmu. Orang-orang yang ada di sekitarku merasa senang pula dengan doamu." Sejak itu, Al-Fadl sering menziarahi kubur ayahnya.
Dalam Kitab-nya Ar Ruh, Ibnu Qayyim sebagaimana diulik Ustazah Marathi Marfuah dalam bukunya berjudul Menggugat Kitab Ar Ruh dijelaskan, bahwa Ibnu Qayyim menyebutkan cerita dari Al-Khallal, dia berkata, “Al-Hasan bin al-Haitsam memberitakan kepada saya, ia berkata, ‘Saya telah mendengar Abu Bakar bin al-Athrasy bin Binti Abi Nadhr bin atTamar:
"Ada seorang laki-laki datang ke kubur ibunya pada hari Jum’at, lalu ia membacakan surat Yasin. Kemudian pada hari lain ia membacakan surat Yasin. Kemudian ia mengatakan, ‘Ya Allah, jika Engkau memberikan balasan pahala untuk bacaan Surat Yasin ini, maka jadikanlah ia untuk para penghuni pekuburan ini’. Pada hari Jumat berikutnya, ada seorang perempuan datang, ia berkata, ‘Apakah engkau fulan anak si fulanah?’.
Laki-laki itu menjawab, ‘Ya’. Perempuan itu berkata, ‘Sesungguhnya anak perempuan saya telah meninggal dunia, saya melihatnya dalam mimpi, ia duduk di tepi kuburnya’. Lalu saya bertanya, ‘Apa yang membuatmu duduk di sini?’.
Dia menjawab, ‘Sesungguhnya si fulan anak fulanah datang ke kubur ibunya, ia telah membaca surat Yasin dan ia jadikan balasan pahalanya untuk para penghuni pekuburan ini, maka kami mendapatkannya’, atau, ‘Allah memberikan ampunan untuk kami’, atau seperti itu.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah juga berpendapat bahwa membacakan ayat Al Quran dan pahalanya dikirimkan kepada mayit itu sampai, bukan bid'ah.
Salah satunya adalah apa yang telah disampaikan keluarga Asim Al-Juhdari yang telah menceritakan bahwa ia pernah melihat Asim Al-Juhdari dalam mimpinya setelah Asim meninggal dunia.
Lalu lelaki itu bertanya, "Bukankah kamu telah mati?" Asim menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya lagi, "Sekarang engkau berada di mana?" Asim menjawab, "Saya, demi Allah, berada di suatu taman dari taman surga bersama sejumlah teman-temanku. Kami berkumpul setiap malam Jumat, dan pagi harinya di tempat Bakr ibnu Abdullah Al-Muzani. Maka kami menerima berita-berita tentang kalian."
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu lelaki itu bertanya lagi, "Apakah yang berkumpul itu tubuh kalian, ataukah arwah kalian?" Asim menjawab, "Mustahil bila yang berkumpul adalah jasad kami, karena jasad kami telah hancur luluh dan yang dapat bertemu hanyalah arwah kami saja." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lelaki itu bertanya lagi, "Apakah kalian mengetahui bila kami berziarah kepada kalian?"
Asim menjawab, "Kami mengetahuinya pada petang hari Jumat dan seluruh hari Jumat serta malam hari sabtu hingga matahari terbit." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lelaki itu bertanya, "Mengapa demikian, bukan pada hari-hari lainnya?" Asim menjawab, "Berkat keutamaan dan kebesaran hari Jumat."
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Usman ibnu Suwaid At-Tafawi mengatakan bahwa ibunya adalah ahli ibadah yang dikenal dengan julukan Rahibah.
Ketika ajalnya telah dekat, Rahibah mengangkat kepalanya ke arah langit, lalu berdoa, "Wahai Tuhan yang menjadi harapan dan dambaanku selama hidup dan matiku, janganlah Engkau menjadikan aku terhina saat matiku, dan janganlah Engkau menjadikan diriku berasa asing dalam kesendirianku."
Setelah ia meninggal dunia, aku (Usman ibnu Suwaid) selalu menziarahi kuburnya setiap hari Jumat, mendoakannya serta memohonkan ampunan buatnya, juga buat ahli kubur lainnya.
Pada suatu malam aku melihat ibuku dalam mimpi, maka aku bertanya kepadanya, "Ibu, bagaimanakah keadaanmu?" Ia menjawab, "Anakku, sesungguhnya maut itu benar-benar merupakan musibah yang sangat keras.
Dan sesungguhnya aku, segala puji bagi Allah, benar-benar ada di alam barzakh yang terpuji yang penuh dengan bau yang harum dan dihamparkan padanya kain sutera yang tebal dan yang tipis sampai hari berbangkit nanti."
Aku bertanya kepadanya, "Apakah engkau mempunyai keperluan?" Ia menjawab, "Ya." Aku bertanya, "Keperluan apa?" Ia menjawab, "Janganlah engkau meninggalkan kebiasaanmu menziarahi kami dan mendoakan bagi kami, karena sesungguhnya aku benar-benar merasa gembira dengan kedatanganmu pada hari Jumat.
Jika engkau tiba dari rumah keluargamu, maka dikatakan kepadaku, 'Hai Rahibah, inilah putramu telah datang, maka bergembiralah.' Dengan demikian, bergembiralah semua orang mati yang ada di sekitarku."
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang sudah meninggal tetap bisa merasakan rindu seperti orang yang masih hidup. Mereka hanya berbeda alam. Karenanya, sudah menjadi keharusan bagi anak untuk selalu mendoakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal dunia.
Wallau A'lam
Editor : Kastolani Marzuki
Follow Berita iNews di Google News