Cerita Maulid Nabi Muhammad SAW Singkat dari Lahir hingga Wafat

Kastolani Marzuki · Rabu, 27 September 2023 - 16:55 WIB
Cerita Maulid Nabi Muhammad SAW Singkat dari Lahir hingga Wafat
Ilustrasi cerita Maulid Nabi Muhammad SAW singkat penuh makna dan hikmah. (Foto: Freepik)

JAKARTA, iNews.id - Cerita Maulid Nabi Muhammad SAW singkat dari lahir, menjadi rasul hingga wafat menarik untuk diulas karena mengandung makna dan hikmah mendalam. 

Perayaan Maulid Nabi yang diperingati tiap tanggal 12 Rabiul Awal merupakan salah satu bentuk kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW ke dunia. Tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023. 

Diutusnya Rasulullah SAW memang salah satu karunia dan rahmat paling agung bagi alam semesta. Karena itu, pantas bagi umat Islam untuk bergembira dan bersuka cita dengan rahmat Allah atas kelahiran Nabi Muhammad SAW ke dunia. 

Isnan Ansory dalam bukunya Pro Kontra Maulid Nabi menyebutkan, Syaikh as-Sayyid Zain Aal Sumaith, dalam karyanya Masail Katsuro Haulaha an-Niqosy wa al-Jidal, mendefinisikan maulid Nabi Muhammad yakni, memperingati hari kelahiran Rasulullah dengan menyebut-nyebut kisah hidupnya, dan setiap tanda-tanda kemulian dan mukjizat sang Nabi Saw dalam rangka mengagungkan kedudukannya, dan menampakkan kegembiraan atas kelahirannya.

Tujuan merayakan Maulid Nabi SAW di Bulan Rabiul Awal adalah dalam rangka menampakkan kegembiran atas kelahiran manusia agung pembawa rahmat alam semesta. 

Berikut ini cerita mengenai Maulid Nabi SAW singkat yang dirangkum dari buku Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MI Kelas III dan buku Biografi Nabi Muhammad SAW dari laman syekhnurati.ac.id.

Cerita Maulid Nabi Muhammad SAW Singkat

Di masa menjelang Maulid Nabi atau kelahiran Nabi Muhammad SW, keadaan di kota Makkah dalam bidang usaha dan perekonomian sudah cukup maju. Mereka suka berdagang hingga ke luar negeri.

Ketika masyarakat Arab khususnya penduduk kota Makkah diberikan kemudahan memperoleh uang, harta, sumber alam, ternak, barang perniagaan, mereka ungkapkan rasa bahagia dan senangnya dengan cara-cara mengumbar hawa nafsu, foya-foya, sombong, dan menunjukkan rasa suka cita mereka dengan memberikan sesembahan kepada patung berhalaberhala mereka. 

Mereka kaum kafir jahiliah di Kota Makkah mengungkapkan kesenangan dan kekecewaan dengan cara-cara yang ekstrem.

Demikianlah keadaan masyarakat Makkah menjelang kelahiran Nabi Muhammad saw. Akhlak atau tingkah laku dan iman mereka sangat jauh menyimpang dari ajaran Allah Swt yang telah dibawa oleh para nabi terdahulu. Dalam keadaan masayarakat seperti itulah, Nabi Muhammad saw. dilahirkan. Nabi SAW dilahirkan di dalam keluarga bangsawan Quraisy yang sangat dihormati dan disegani. 

Kakeknya, Abdul Muthalib adalah bangsawan Quraisy yang dipercaya oleh kaumnya untuk menjaga Kakbah. Sebuah tugas yang terhormat bagi kaum Quraisy pada waktu itu.

Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi. 

Nabi Muhammad lahir dari keluarga miskin harta, tetapi kaya dalam akhlak dan budi pekerti. Nabi Muhammad SAW adalah cucu Abdul Muthalib yang tergolong keluarga terhormat dan sangat disegani.

Nabi Muhammad SAW lahir di tahun yang sangat bersejarah bagi penduduk kota Makkah, tahun itu disebut tahun Gajah. Peristiwa diserangnya kota Makkah oleh tentara bergajah pimpinan Raja Abraha yang hendak menghancurkan Kakbah, tetapi atas pertolongan Allah SWT pasukan tersebut hancur karena dihujani batu atau kerikil panas yang di bawa segerobolan burung yang datang terbang berbondong-bondong.

Siti Aminah ibunda Nabi Muhammad SAW menceritakan bahwa pada waktu melahirkan, dia tidak merasakan sakit sebagaimana biasanya orang melahirkan. Pada waktu Aminah melahirkan, Abdul Muthalib sedang berada di Kakbah. 

Ketika dikabarkan bahwa cucu yang dinantikannya telah lahir, Abdul Muthalib segera mendatangi rumah Siti Aminah. Dia sangat bangga dan bergembira dengan lahirnya cucu yang dinantikannya itu. 

Abdul Muthalib pun membawa cucunya itu tawaf, yaitu keliling Kakbah sebagai tanda syukur kepada Allah Swt sambil menggendong cucunya itu Abdul Muthalib tidak henti-hentinya memuji keagungan Allah Swt kemudian dia memberi nama nama cucu kesayangannya itu dengan nama Muhammad, artinya orang yang terpuji.

Nabi SAW Diasuh Halimah Sa'diyah

Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan setelah menikahi Aminah. Setelah dilahirkan oleh ibunya, Nabi Muhammad disusui oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyah selama 3 hari, sesudah penyusuan ibu beliau. Tsuwaibah adalah pelayan paman Nabi yang bernama Abi Lahab. Kemudian Nabi diserahkan oleh ibunya kepada seorang wanita Badiyah yang bernama Halimatussa’diyah dari Bani Sa’ad kabilah Hawazin. Tempat tinggalnya tidak jauh dari kota Makkah. Di perkampungan Bani Sa’ad inilah Nabi Muhammad saw. diasuh dan dibesarkan.

Sungguh bahagia Halimah diamanahkan bayi Muhammad. Penghidupannya berubah menjadi baik, semula binatang ternaknya kurus-kurus, kehidupannya agak menderita, dia termasuk keluarga yang miskin dan perawakannya juga agak kurus, sesuai dengan keadaan ekonominya di waktu itu. Anak kandungnya sendiri, pada mulanya sering menangis karena kelaparan dan kekurangan air susu.

Melalui pertolongan Allah Swt. setelah Nabi Muhammad berada dalam asuhannya, binatang ternaknya berkembang biak, tanaman kebun dan sayurannya pun subur, penghidupannya makmur, air susunya menjadi banyak sehingga anaknya tidak merasa kelaparan lagi dan Halimah pun menjadi gemuk dan sehat. Halimah telah mendapat rahmat dari Allah Swt dengan sebab memelihara Nabi, Halimah sangat menyayangi Muhammad seperti menyayangi anaknya sendiri.

Nabi Muhammad SAW tinggal bersama Halimah Sa'diyah selama 4 tahun. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW kembali tinggal bersama Ibundanya, Siti Aminah.

Sesudah Nabi Muhammad berusia kira-kira 6 tahun atau setahun kemudian, beliau dibawa oleh ibunya ke Madinah bersama-sama dengan Ummu Aiman. 

Maksud membawa Nabi ke Madinah ini, pertama untuk memperkenalkan ia kepada keluarga neneknya Bani Najjar, dan kedua untuk berziarah ke makam ayahnya, ‘Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manāf bin Quṣaiy bin Kilāb. 

Kemudian diperlihatkan kepadanya rumah tempat ayahnya ketika dirawat di waktu sakit sampai meninggal, dan pusara tempat ayahnya dimakamkan. Ayah Nabi meninggal dunia sedang beliau dalam kandungan Ibunya kira-kira 6 bulan dan ada yang berpendapat 3 bulan, umur Ayah beliau 18 tahun, dia tidak meninggalkan harta benda yang banyak yang akan diwarisi oleh putranya, hanya beliau meninggalkan beberapa ekor unta saja.

Ibunda Nabi Muhammad SAW Wafat

Mereka tinggal di sana kurang lebih 1 bulan. Ketika akan kembali ke Makkah dan baru sampai di kampung Abwa, tiba-tiba Aminah jatuh sakit, sehingga meninggal dan dimakamkan di sana juga.

Betapa sedih Nabi Muhammad SAW menghadapi musibah atas kematian ibundanya itu. Baru beberapa hari saja ia mendengar keluhan ibunya atas kematian ayahnya yang telah meninggalkannya sewaktu Nabi Muhammad saw. masih dalam kandungan, sekarang ibunya telah meninggal pula di hadapan matanya sendiri. Akibatnya, dalam usia 6 tahun Nabi SAW tinggal sebatang kara, menjadi seorang yatim-piatu. 

Selanjutnya setelah ibundanya dimakamkan, Nabi Muhammad saw segera meninggalkan kampung Abwa’ itu. Beliau kembali melanjutkan perjalanannya ke Makkah bersama-sama dengan Ummu Aiman. 

Sebagian sejarah mengatakan beliau kembali melanjutkan perjalanannya itu bersama Kakeknya, Abdul Muthalib.

Nabi Muhammad SAW Diasuh Kakek dan Pamannya

Nabi tinggal bersama dalam asuhan ibunya hanya 2 tahun, begitu singkat. keadaan ini begitu berat bagi Muhammad kecil. Maka semenjak saat itu pemeliharaannya di serahkan kepada kakeknya Abdul Muthalib.

Nabi SAW diasuh kakeknya hanya dua tahun karena sang kakek wafat di usia 80 tahun. Nabi Muhammad saw ketika itu baru berusia 8 tahun.

Sepeninggal kakeknya, Nabi Muhammad SAW diasuh pamannya, Abu Thalib. Nabi Muhammad SAW diwaktu kecil suka menggembala kambing kepunyaan orang-orang Makkah, dengan mendapatkan upah. Dengan upah tersebut cukup bagi beliau untuk bisa hidup dengannya.

Berniaga (berdagang) adalah pekerjaan sehari-hari Abu Thalib. Kemana saja dia berjalan sering diikuti oleh Nabi, bahkan ketika Abu Thalib pergi berdagang ke negeri Syam, Nabi diajak menyertainya. 

Waktu itu Nabi berusia 12 tahun. Ketika pamannya mau berangkat, tiba-tiba saja Nabi Muhammad bergantungan kepada pamannya dan tidak mau berpisah, yang menyebabkan pamannya berkata, “Aku akan membawanya bersamaku ke Syam dan dia tidak boleh berpisah denganku.” 

Setelah sampai di sebuah kota bernama Bashrah di wilayah Syam, di tempat itu dikenal ada seorang pendeta yang selalu beribadah di tempat peribadatannya. Mereka memutuskan untuk berteduh di bawah pohon dekat tempat peribadatan itu. 

Pendeta itu memperhatikan awan yang menyertai perjalanan mereka dan dahan pohon yang memayungi Nabi Muhammad sehingga dia beteduh di bawahnya dari terik matahari. 

Pendeta itu penasaran dengan apa yang dia saksikan, sehingga dia mengundang mereka semua untuk hadir dalam undangan makan siang. Mereka semua hadir kecuali Nabi Muhammad karena usaianya masih sangat muda. 

Setelah mereka hadir dan Buhaira tidak menemukan tanda-tanda yang dia ketahui, maka pendeta Buhaira berkata, “Apakah kalian semua telah hadir?” Mereka menjawab, “Semua yang pantas menghadiri undanganmu telah hadir kecuali satu. Dia adalah anak kami yang masih kecil.” Buhaira berkata, “Jangan lakukan itu, tidak boleh ada yang ketinggalan dalam undanganku ini, tolong panggil dia!

Setelah Nabi Muhammad hadir, dia memperhatikannya dengan sangat seksama, meneliti sesuatu dari badannya, yang pada ahirnya dia menemukan suatu ciri kenabian pada badan Nabi Muhammad. Buhaira memperhatikan pundaknya dan menemukan stempel kenabian di atasnya sesuai dengann ciri-ciri yang selama ini dia ketahui. 

Setelah itu, Buhaira mendatangi Abu Thalib dan bertanya-tanya tentang Nabi Muhammad, kemudian menyuruh mereka agar segera kembali karena takut orang Yahudi menemukan anak itu dan akan mencelakainya. 

Pendeta itu pun berkata bahwa kelak keponakan Abu Thalib akan menjadi orang penting di negrinya. Pada usia remaja, Rasulullah ikut serta bersama dengan penduduk Makkah dalam beberapa perkara-perkara penting, diantaranya adalah: Perang Fijar, yaitu perang antara Quraisy dan Qais pada bulan-bulan Haram, dan Kesepakatan al-Fudhul, yaitu orang-orang Quraisy melakukan kesepakatanbahwa tidak didapatkakn seseorangpun di Makkah kecuali mereka akan menolongnya.

Ketika Nabi Muhamad berusia 25 tahun, nabi berangkat ke Syam untuk melakukan perdagangan milik Khadijah. Sekembalinya dari Syam, Khadijah memintanya untuk menikahinya karena Khadijah tahu bahwa Nabi Muhammad adalah seorang laki-laki yang memiliki sifat kesatria, jujur dan amanah.

Khadijah adalah seorang wanita yang terkenal dengan kecerdasannya, tanggap dan peka. Khadijah kemudian mengutus seseorang untuk menemui nabi dengan pesan, “Wahai anak pamanku, aku simpati dengan kepribadianmu yang memiliki kharisma dan kejujuran yang tinggi, dan berasal dari keturunan terhormat; Amanah, berakhlak mulia, dan berkata jujur.” Kemudian Khadijah menawarkan diri untuk dijadikan istrinya.

Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu

Menjelang usianya yang ke-40, Nabi SAWsudah terlalu biasa memisahkan diri dari pergaulan masyarakat, berkontemplasi ke Gua Hira’, beberapa kilometer di Utara Makkah. Di sana, mula-mula berjam-jam kemudian berhari-hari bertafakur. 

Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu maha Mulia. Dia telah mengajarkan dengan Qalam. Dia telah mengajarkan manusia apa yang tidak mereka ketahui.” (Qs. 96: 1-5).

Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah menjadi nabi. Dalam wahyu pertama ini belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama. 

Nabi Muhammad SAW Wafat

Pada tahun ke-10 Hijriyah, Rasulullah SAW pergi berhaji yang dikenal dengan haji wada bersama lebih dari 100 ribu kaum Muslimin. Di Jabal ‘Arafat nabi menyampaikan khutbah monumental di hadapan mereka yang dianggap sebagai dasar dari ajaran Islam. 

Tidak mengherankan, karena dalam khutbah ini nabi telah menjelaskan perihal undang-undang Islam. Melalui khutbah ini, nabi menyerukan asas persamaan diantara sesama manusia yang tidak mengenal perbedaan antara hamba yang berdarah Habsyi dengan yang berdarah Quraisy.

Dua bulan setelah kepulangannya dari ibadah Haji Wadha, nabi mengeluhkan rasa sakit di kepalanya. Pada masa-masa awal sakit, nabi memaksakan diri untuk tetap mengimami sholat. Ketika sakitnya bertambah parah, nabi menyuruh Abu Bakar menggantikan posisinya menjadi imam sholat.

Sakit Nabi Muhammad semakin parah hingga kemudian wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 Hijriah. 

Pada hari Selasa para sanak keluarga memandikan jasad nabi tanpa melepaskan kain yang menyelubungi. Adapun yang memandikan adalah, al Abbas, Ali, al-Fadhl, dan Qatsam (keduanya anak al-Abbas), Syaqran (pembantu Rasulullah), Utsama bin Zaid dan Aus bin Khaili. Al-abbas, al Fadhl dan Qatsam bertugas membalik-balikkan jasad, Syaqran mengguyurkan air, Ali membersihkannya dan Aus mendekap jasad nabi di dadanya.

Kemudian mereka mengafani jasad nabi dengan tiga lembar kain putih dari bahan katun tanpamenyertakan pakaian ataupun tutup kepala. Kemudian mereka saling berbeda pendapat, di mana nabi akan dikubur maka Abu Bakar berkata,
“Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Tidaklah seorang nabi meninggal dunia melainkan dia dikuburkan di tempat dia meninggal dunia.’’
Abu Thalhah menyingkirkan tempat tidur di mana nabi meninggal dunia, lalu menggali liang lahat persis di bawah tempat tidur itu.

Itulah cerita Maulid Nabi Muhammad SAW singkat hingga wafat yang penuh makna dan hikmah bagi umat Islam.

Wallahu A'lam


Editor : Kastolani Marzuki

Follow Berita iNews di Google News