JAKARTA, iNews.id - Hadist palsu tentang shalat tarawih di bulan Ramadhan perlu diketahui setiap muslimin dan muslimah. Pasalnya, hadits tersebut selalu beredar setiap bulan Ramadhan dan cukup masyhur di kalangan umat Islam khususnya di Indonesia.
Hadits tersebut ditulis oleh ulama abad ke-13 H yang bernama Syaikh al-Khubawi dalam kitab Durratun Nashihin. Kitab tersebut selesai dikarang pada tahun 1224 H dan dicetak untuk pertama kali di Bulaq pada 1264 H.
Dalam kitab tersebut disebutkan sebuah hadits yang rinci tentang keutamaan fadhilah shalat tarawih selama 30 hari, mulai dari malam ke 1 - 30.
Lantas bagaimana sebenarnya hadits itu dan layakkah diyakini meski sebagian ulama di dunia mengatakan bahwa hadits tersebut maudhu alias palsu? Sebelum masuk ke penjelasannya, berikut ini adalah isi redaksi hadits palsu tentang shalat tarawih tersebut.
Teks Hadits (Arab)
حديث: علي أبي طالب رضي الله عنه أنه قال: سئل النبي عليه الصلاة والسلام عن فضائل التراويح في شهر رمضان فقال:
يخرج المؤمن من ذنبه في أول ليلة كيوم ولدته أمه,
في الليلة الثانية: يغفر له ولأبويه وإن كانا مؤمنين,
في الليلة الثالثة: ينادي ملك من تحت العرش: استأتني العمل غفر الله ما تقدم من ذنبك,
في الليلة الرابعة: له من الأجر قراءة التوراة والإنجيل والفرقان,
في الليلة الخامسة: أعطاه الله تعالى مثل من صلى في المسجد الحرام, ومسجد المدينة, ومسجد الأقصى,
في الليلة السادسة: أعطاه الله تعالى ثواب من طاف في البيت المعمور, ويستغفر له كل حجر,
في الليلة السابعة: فكأنما أدرك موسى عليه السلام ونصره على فرعون وهامان,
في الليلة الثامنة: أعطاه الله تعالى ما أعطى إبراهيم عليه السلام,
في الليلة التاسعة: فكأنما عبد الله تعالى عبادة النبي عليه السلام,
في الليلة العاشرة: رزقه الله تعالى خير الدنيا والآخرة,
في الليلة الحادية عشر: يخرج من الدنيا كيوم ولد من بطن أمه,
في الليلة الثانية عشر: جاء يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر,
في الليلة الثالثة عشر: جاء يوم القيامة آمنا من كل سوء,
في الليلة الرابعة عشر: جاءت الملائكة ليشهدون له أنه قد صلى التراويح, فلا يحاسبه الله يوم القيامة,
وفي الليلة الخامسة عشر: تصلي عليه الملائكة, وحملة العرش والكرسي,
وفي الليلة السادسة عشر: كتب له الله براءة النجاة من النار, والدخول في الجنة,
وفي الليلة السابعة عشر: يعطي مثل ثواب الأنبياء,
وفي الليلة الثامنة عشر: ينادي ملك يا عبد الله إن الله رضي عنك وعن والديك,
وفي الليلة التاسعة عشر: يرفع الله درجاته,
وفي الليلة العشرين: يعطى ثواب الشهداء والصالحين,
وفي الليلة الحادية والعشرين: يبنى له بيتاً في الجنة من النور,
وفي الليلة الثانية والعشرين: جاء يوم القيامة آمناً من كل غم و هم,
وفي الليلة الثالثة والعشرين: بنى الله له مدينة في الجنة,
وفي الليلة الرابعة والعشرين: قال: له أربع وعشرون دعوة مستجابة,
وفي الليلة الخامسة والعشرين: يرفع الله له عذاب القبر,
وفي الليلة السادسة والعشرين: يرفع الله له ثواب أربعين عاماً,
وفي الليلة السابعة والعشرين: جاء يوم القيامة على الصراط المستقيم كالبرق الخاطف,
وفي الليلة الثامنة والعشرين: يرفع الله له ألف درجة في الجنة,
وفي الليلة التاسعة والعشرين: أعطاه الله ثوابه ألف حجة مقبولة,
وفي الليلة الثلاثين: يقول الله: يا عبدي كُل من ثمار الجنة, واغسل من ماء السلسبيل, واشرب من ماء الكوثر, أنا ربك وأنت عبدي.
Terjemahan Hadits
- Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan Shalat Tarawih pada Bulan Ramadhan. Maka beliau bersabda:
- Pada malam pertama, seorang mukmin keluar dari dosanya seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
- Pada malam kedua, dia dan kedua orangtuanya akan diampuni jika mereka beriman
- Pada malam ketiga, seorang malaikat berseru di bawah Arsy bahwa ‘Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat’.
- Pada malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan.
- Pada malam kelima, Allah Ta’ala memberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjid al-Haram, masjid Madinah, dan Masjid al-Aqsha.
- Pada malam keenam, Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang ber-thawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
- Pada malam ketujuh, seolah-olah dia mencapai derajat Nabi Musa ‘alaihissalam dan kemenangannya atas Firaun dan Haman.
- Pada malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
- Pada malam kesembilan, seolah-olah dia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Pada malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
- Pada malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
- Pada malam kedua belas, dia datang pada hari kiamat dengan wajah bagaikan bulan di malam purnama.
- Pada malam ketiga belas, dia datang di hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
- Pada malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa dia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
- Pada malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para pemikul Arsy dan Kursi.
- Pada malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
- Pada malam ketujuh belas, dia akan diberi pahala seperti pahala para nabi.
- Pada malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, ‘Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.’
- Pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajatnya dalam surga Firdaus.
- Pada malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
- Pada malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya gedung dari cahaya.
- Pada malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
- Pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
- Pada malam kedua puluh empat, ia memperoleh dua puluh empat doa yang dikabulkan.
- Pada malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.
- Di malam kedua puluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
- Pada malam kedua puluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
- Pada malam kedua puluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
- Di malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
- Pada malam ketiga puluh, Allah berfirman: ‘Hai hambaKu, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.’
Indikasi atau Ciri Hadits Tersebut Palsu
Membaca hadits tersebut secara keseluruhan, ibadah tarawih yang dilakukan setiap malamnya memiliki keutamaan masing-masing. Meski seluruhnya terdengar baik dan indah, jangan buru-buru untuk meyakini keshahihannya. Pasalnya terdapat beberapa keganjilan yang dalam hadits tersebut.
Dikutip dari situs Muslim, hadits tersebut tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad. Hal itu mengindikasikan kuat bahwa hadits tersebut adalah palsu.
Bahkan yang dirasa sangat ganjil adalah isi redaksi yang menyebutkan tentang pahala-pahala dari setiap tarawih.
Misalnya saja pada malam ke-17 yang dirasa kurang masuk akal untuk sebuah ibadah sunnah karena menyebut pahalanya setara dengan pahala para nabi.
Jika ingin lebih objektif lagi, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti di Aswaja Center Jember, Ustaz Abdul Wahab Ahmad, memberikan penjelasan mendasar seperti yang disampaikan di laman Islam NU.
Disebutkan bahwa istilah 'Tarawih' saja baru muncul belakangan ketika ibadah tersebut diidentikkan dengan shalat berjamaah yang punya jeda istirahat (tarwihah) setiap dua kali salam hingga genap 10 kali salam (20 rakaat).
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan asal nama tarawih ini sebagai berikut:
وَالتَّرَاوِيحُ جَمْعُ تَرْوِيحَةٍ وَهِيَ الْمَرَّةُ الْوَاحِدَةُ مِنَ الرَّاحَةِ كَتَسْلِيمَةٍ مِنَ السَّلَامِ سُمِّيَتِ الصَّلَاةُ فِي الْجَمَاعَةِ فِي لَيَالِي رَمَضَانَ التَّرَاوِيحَ لِأَنَّهُمْ أَوَّلَ مَا اجْتَمَعُوا عَلَيْهَا كَانُوا يَسْتَرِيحُونَ بَيْنَ كُلِّ تَسْلِيمَتَيْنِ
"Tarawih adalah jamak dari tarwihah yaitu istirahat satu kali, seperti kata taslimah berasal dari kata salam. Shalat berjamaah di malam-malam bulan Ramadhan disebut sebagai tarawih karena pada awal ia dilakukan berjamaah, para sahabat beristirahat di antara setiap dua kali salam." (Ibnu Hajar al-Asqalai, Fathul Bari, juz IV, h. 250)
Dijelaskan lebih detail lagi, peristiwa awal shalat tarawih berjamaah baru terjadi saat masa Khalifah Umar dengan imam tarawih ketika itu adalah Ubay bin Ka'b. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ القَارِيِّ، أَنَّهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى المَسْجِدِ، فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ، يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ، وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ، فَقَالَ عُمَرُ: «إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ، لَكَانَ أَمْثَلَ» ثُمَّ عَزَمَ، فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى، وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ، قَالَ عُمَرُ: «نِعْمَ البِدْعَةُ هَذِهِ، وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِي يَقُومُونَ» يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ
"Dari 'Abdurrahman bin 'Abdul Qari bahwa dia berkata; "Aku keluar bersama 'Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu pada malam Ramadhan menuju masjid, ternyata orang-orang shalat berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, ada yang shalat sendiri dan ada seorang yang shalat diikuti oleh makmum yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang. Maka 'Umar berkata: "Aku pikir seandainya mereka semuanya shalat berjamaah dengan dipimpin satu orang imam, itu lebih baik". Kemudian Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka dalam satu jamaah yang dipimpin oleh Ubay bin Ka'ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu jama'ah dengan dipimpin seorang imam, lalu 'Umar berkata: "Sebaik-baiknya bid'ah adalah ini. Dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang shalat awal malam, yang dimaksudkan untuk mendirikan shalat di akhir malam, sedangkan orang-orang secara umum melakukan shalat pada awal malam." (HR. Bukhari).
Maka dari itu, sangat aneh jika ada hadits soal fadilah tarawih malam 1-30. Padahal istilah tarawih saja baru ada di kemudian hari pada masa sahabat Umar. Terlebih, Nabi Muhammad saja pernah sengaja berhenti shalat qiyamul ramadhan berjamaah karena khawatir jika ibadah tersebut dianggap wajib.
Oleh karenanya, cukuplah bagi kita untuk bersemangat menjalankan shalat tarawih di setiap malam Ramadhan dengan dasar hadits yang bisa dipertanggung jawabkan. Salah satunya yaitu, Rasulullah bersabda:
"Barang siapa mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap balasan Allah akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau" (HR Bukhari dan Muslim)
Wallahu a'lam.
Editor : Komaruddin Bagja
Follow Berita iNews di Google News