Kisah Nabi Hud as dan Kaum 'Aad yang Diazab Angin Kencang

Kastolani Marzuki · Rabu, 13 Mei 2020 - 05:45 WIB
Kisah Nabi Hud as dan Kaum 'Aad yang Diazab Angin Kencang
Bukti peninggalan kota yang dibangun kaum Aad. Mereka dibinasakan oelh Allah karena membaangkan seruan Nabi Hud as. (Foto: istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Kisah Nabi Hud ‘alaihis salam merupakan salah satu nabi yang diutus untuk menyeru kaum 'Aad agar beriman kepada Allah.

Nabi Hud merupakan putra Abdullah bin Ribah bin Syam bin Nuh. Nabi Hud hidup sekitar 2320-2450 sebelum Masehi.

Kaum 'Aad nasabnya sampai kepada Nabi Nuh. Mereka tinggal di rumah-rumah yang memiliki tiang-tiang yang besar sebagaimana difirmankan Allah dalam QS Al Fajr:

اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ
الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ

“(Yaitu) penduduk Iram (ibu kota tempat tinggal kaum ‘Aad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi–Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,” (QS. Surat Al Fajr: 7-8)

Mufasir Ibnu Katsir menerangkan, kaum 'Aad menempati kemah-kemah yang terbuat dari bulu, kemudian ditegakkan dengan tiang-tiang yang kuat lagi kokoh. Mereka terkenal sangat kuat di masanya dan paling besar tubuhnya.

Karena itu, Nabi Hud as mengingatkan mereka akan nikmat tersebut dan memberi petunjuk kepada mereka agar nikmat tersebut dijadikan sebagai sarana bagi mereka untuk taat kepada Tuhannya yang telah menciptakan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:

{وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ }

"Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Al-Araf: 69)

Firman Allah Swt:

فَأَمَّا عادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً

Artinya: "Adapun kaum Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? (Surat Fussilat: 15)

{الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ}

Artinya: yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 8)

Yakni belum pernah ada suatu kabilah pun yang diciptakan seperti mereka di negeri mana pun, karena mereka memiliki kekuatan yang dahsyat, keras, lagi perawakan mereka besar-besar.

Qatadah ibnu Diamah dan As-Saddi mengatakan bahwa sesungguhnya Iram adalah ibu kota kerajaan kaum Ad. Mereka adalah suku nomaden dan tidak pernah menetap dalam suatu tempat.

Mereka juga disebut zatul- imad karena perawakan mereka sangat tinggi. Mereka telah membangun bangunan-bangunan yang tinggi di atas bukit-bukit pasir, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain.

Terkait penduduk Iram, Nabi Muhammad SAW bersabda: Adalah seseorang dari mereka (kaum Ad) dapat mengangkat sebuah batu yang amat besar (seperti bukit), lalu ia memikulnya dan menimpakannya kepada suatu penduduk desa, maka binasalah mereka".

Ajakan Nabi Hud kepada kaumnya 'Aad agar taat kepada Allah dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan tidak diindahkan oleh mereka. Kaum 'Aad malah terus mengerjakan maksiat dan menyembah berhala.

وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ

"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka (Hud). Ia berkata "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain dari-Nya. Maka mengapa kalian tidak bertakwa kepada-Nya?”

Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata, "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”

Hud berkata, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian dan aku hanyalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya bagi kalian.”

Kaumnya pun semakin sombong di samping menolak dengan keras beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka berkata kepada Nabi Hud ‘alaihis salam,

“Wahai Hud! Kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu–Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu…dst.” (QS. Surat Hud: 53-54)

Meskipun begitu Nabi Hud ‘alaihis salam tetap bersabar dan mengajak mereka untuk mengikuti kebenaran. Beliau mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah kepada mereka dengan harapan mereka mau bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta ampunan kepada-Nya.

Nabi Hud berkata kepada mereka "Bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.–Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,–Dan kebun-kebun dan mata air,” (QS. Asy Syu’ara: 131-134)

Hud kembali melanjutkan:

“Wahai kaumku! Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)

Tetapi Nabi Hud ‘alaihis salam tidak mendapatkan kaumnya selain sebagai manusia yang telah mati hatinya dan telah menjadi keras seperti batu, memegang teguh kesesatan dan penyimpangannya dan tetap kokoh menyembah patung. Mereka juga membalas nasihatnya dengan tindakan zalim dan olok-olokkan, sehingga Nabi Hud berkata kepada mereka,

”Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan,–dengan yang lain, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.–Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya–Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus–Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha pemelihara segala sesuatu.” (QS. Huud: 54-57)

Mereka tetap saja menyombongkan diri dan membanggakan diri dengan kekuatannya, dan mereka berkata Nabi Hud dengan sombongnya,

“Siapakah yang lebih kuat kekuatannya daripada kami?” (QS. Fushshilat: 15)

Mereka juga mengolok-olok Nabi Hud dan meminta kepadanya agar disegerakan azab. Mereka berkata,

"Apakah kamu (Hud) datang kepada kami agar kami menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”

Hud berkata, “Sungguh sudah pasti kalian akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhan kalian. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama yang kalian beserta nenek moyang kalian menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kalian.”

Allah SWT menceritakan perihal pembangkangan, ketidakpercayaan, dan keingkaran mereka terhadap Nabi Hud as.

Maka mulailah azab Allah datang kepada kaum ‘Aad. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan kepada mereka hawa yang panas yang membuat sumur-sumur dan sungai-sungai menjadi kering, tanaman dan buah-buahan menjadi mati, hujan pun berhenti turun dalam waktu yang cukup lama, lantas kemudian datang awan yang besar. Ketika mereka melihatnya, mereka bergembira dan mengira bahwa mereka akan diberikan curahan hujan, mereka berkata,

“Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.”

“Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.” (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta agar datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,”–Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (QS. Al Ahqaaf: 24)

Mereka mengira bahwa awan itu akan datang membawa kebaikan untuk mereka, menghilangkan haus dahaga mereka, memberi minum hewan-hewan mereka dan menyirami kebun dan tanaman-tanaman mereka. Padahal awan itu datang membawa azab bagi mereka.

Dan Allah membinasakan mereka dengan angin yang sangat dingin lagi sangat kuat, yang terus-menerus menimpa mereka selama tujuh malam delapan siang hari. Maka kamu lihat kaum itu mati semuanya di tempat tinggal mereka seperti batang-batang pohon kurma yang lapuk.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersamanya. Nabi Hud as pun pergi bersama orang-orang yang beriman ke tempat yang lain; yang di sana mereka beribadah kepada Allah.

Allah SWT telah menyebutkan kisah mereka di dalam Al-Quran bukan hanya pada satu tempat agar dijadikan pelajaran bagi orang-orang mukmin kehancuran yang telah menimpa mereka.


Editor : Kastolani Marzuki

Follow Berita iNews di Google News