Hikmah

Kisah Nabi SAW Batal Bocorkan Waktu Lailatul Qadar, Ini Penyebabnya

Kastolani Marzuki · Selasa, 04 Mei 2021 - 02:30 WIB
Kisah Nabi SAW Batal Bocorkan Waktu Lailatul Qadar, Ini Penyebabnya
Muslim membaca Alquran dan beri;tikaf untuk meraih malam Lailatul Qadar. (Foto: Antara)

JAKARTA, iNews.id - Lailatul Qadar merupakan waktu yang paling dinanti umat Islam di Bulan Ramadhan. Disebutkan dalam hadits bahwa Lailatul qadar ada di 10 malam terakhir Bulan Ramadhan.

قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، عَنْ عُمرَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ: أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فِي رَمَضَانَ، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فَإِنَّهَا فِي وتْر إِحْدَى وَعِشْرِينَ، أَوْ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ، أَوْ خَمْسٍ وَعِشْرِينَ، أَوْ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ، [أَوْ تِسْعٍ وَعِشْرِينَ] أَوْ فِي آخِرِ لَيْلَةٍ"

Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari Umar ibnu Abdur Rahman, dari Ubadah ibnus Samit, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang Lailatul Qadar bilakah adanya. Maka Rasulullah Saw. menjawab: Dalam bulan Ramadan, carilah dalam malam-malam sepuluh terakhirnya, dan sesungguhnya ia terdapat pada malam yang ganjil, yaitu dua puluh satu, atau dua puluh tiga, atau dua puluh lima, atau dua puluh tujuh, atau dua puluh sembilan, atau di malam yang terakhirnya.

Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Australia-Selandia Baru, Prof Nadirsyah Hosen mengungkapkan, disebutkan dalam hadits, ada cerita menarik ketika Nabi Muhammad SAW awalnya hendak memberitahukan waktu datangnya Lailatul Qadar. Namun, Nabi batal membocorkannya karena mendengar dua sahabtnya ribut di dalam masjid. 

Kisah tersebut termaktub dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari Nomor 1883: 

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits telah menceritakan kepada kami Humaid telah menceritakan kepada kami Anas dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit berkata; Nabi SAW keluar untuk memberitahukan kami tentang Lailatul Qadar. Tiba-tiba ada dua orang dari Kaum Muslimin yang tengah berbantah-bantahan. Akhirnya Beliau berkata: “Aku datang untuk memberitahukan kalian tentang waktu terjadinya Lailatul Qadar namun fulan dan fulan tengah berdebat sehingga kepastian waktunya diangkat (menjadi tidak diketahui). Namun semoga kejadian ini menjadi kebaikan buat kalian, maka carilah pada malam yang kesembilan, ketujuh dan kelima (pada sepuluh malam akhir dari Ramadhan)”.

"Jadi, Nabi Muhammad urung ‘membocorkan’ karena info kepastian waktu datangnya lailatul qadar pada malam keberapa telah diangkat kembali oleh Allah. Atau dalam redaksi di riwayat lain, Nabi menjadi lupa hal itu. Itu semua dikarenakan terjadinya pertengkaran kedua sahabat Nabi di dalam Masjid, yang dalam riwayat Sahih Muslim disebut “keduanya merasa benar dan ‘didampingi’ oleh Syetan” —untuk mendeskripsikan emosi keduanya," ujarnya dikutip iNews.id dari akun facebooknya, Senin (3/5/2021).

Yang menarik, Imam Bukhari tidak mencantumkan kedua nama Sahabat itu. Sepertinya Imam Bukhari (atau para perawi yang meriwayatkan kisah ini) tidak mau menjatuhkan martabat agung kedua Sahabat Nabi tersebut. Tentu kalau kemudian nama keduanya menjadi diketahui umat generasi berikutnya itu semata-mata hanya untuk mengambil pelajaran saja, bukan untuk merendahkan kedua beliau radhiyallah ‘anhuma.

Kisah batalnya Nabi SAW membocorkan waktu lailatul Qadar juga tertuang dalam Tafsir Ibnu Katsir dalam Surat Al Qadr.

Imam Syafii dalam pendapatnya yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu tidak berpindah-pindah melainkan ada di malam tertentu dari bulan Ramadan beralasan dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya melalui -Ubadah ibnus Samit yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. muncul untuk memberitahukan kepada kami tentang malam kemuliaan, maka tiba-tiba muncul pula dua orang dari kalangan kaum muslim (menemuinya). Setelah itu Rasulullah SAW bersabda:

"خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ، فَرُفِعَتْ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ"

Aku keluar untuk memberitahukan kepada kamu tentang malam kemuliaan, maka muncullah si Fulan dan si Fulan sehingga (pengetahuan mengenai) malam kemuliaan itu terhapuskan (dari ingatanku), dan barangkali hal ini baik bagi kamu. Maka carilah ia di malam (dua puluh) sembilan, (dua puluh) tujuh, dan (dua puluh) lima.

Yang tersimpulkan dari makna hadis ini menunjukkan bahwa seandainya malam kemuliaan tidak tertentu secara berkesinambungan, tentulah tidak akan diperoleh bagi mereka pengetahuan mengenai ketentuannya di setiap tahunnya. Sebab jika malam kemuliaan itu memang berpindah-pindah, niscaya mereka tidak mengetahui ketentuan malamnya terkecuali hanya tahun itu saja.

Terkecuali jika dikatakan bahwa sesungguhnya beliau keluar hanya untuk memberitahukan kepada mereka mengenainya di tahun itu saja, dan hal ini ternyata tidak disebutkan. Sabda Nabi SAW yang mengatakan: maka muncullah si Fulan dan si Fulan, sehingga (pengetahuanku mengenainya) terhapuskan (dari ingatanku).

Terkandung suatu rujukan yang menjadi sumber dari suatu peribahasa yang mengatakan bahwa sesungguhnya berbelit-belit itu dapat memutuskan faedah dan ilmu yang bermanfaat, sebagaimana pula halnya yang disebutkan dalam hadis yang mengatakan:

"إِنَّ الْعَبْدَ ليُحْرَم الرزقَ بالذَّنْبِ يُصِيبه"

Sesungguhnya seorang hamba benar-benar terhalang dari rezekinya disebabkan dosa yang dikerjakannya.

Dan sabda Nabi Saw. yang mengatakan: maka dihapuslah (pengetahuan tentang malam kemuliaan dari ingatanku). Yakni dihapuskan pengetahuan mengenai ketentuan malamnya dari kalian, dan bukan berarti bahwa malam kemuliaan itu dihapuskan seluruhnya, seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang kurang akalnya dari golongan Syi'ah. Karena sesungguhnya Nabi Saw. bersabda sesudahnya: Maka carilah malam kemuliaan itu di malam (dua puluh) sembilan, (dua puluh) tujuh, dan (dua puluh) lima.

Sabda Nabi Saw. yang mengatakan: Dan barangkali hal itu lebih baik bagi kamu. Yakni ketiadaan ketentuan malamnya lebih baik bagimu, karena sesungguhnya jika malam kemuliaan dimisterikan ketentuannya, maka orang-orang yang mencarinya akan mengejarnya dengan penuh kesungguhan guna mendapatkannya dalam seluruh bulan Ramadhan.

Dengan demikian, berarti ibadah yang dilakukannya lebih banyak. Berbeda halnya jika ketentuan malamnya disebutkan dan mereka mengetahuinya, maka semangat menjadi pudar untuk mencarinya dan hanya timbul di malam itu saja, sedangkan pada malam lainnya mereka tidak mau melakukan qiyam padanya. Sesungguhnya hikmah disembunyikannya ketentuan malam kemuliaan ini dimaksudkan agar ibadah meramaikan seluruh bulan Ramadan untuk mencarinya, dan kesungguhan makin meningkat bila Ramadan mencapai sepuluh terakhirnya.

Untuk itulah maka Rasulullah SAW melakukan i'tikaf di malam sepuluh terakhir Ramadan sampai Allah Swt. mewafatkannya, kemudian sesudah beliau istri-istri beliau mengikuti jejaknya dalam melakukan i'tikaf ini. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Siti Aisyah radhiallahu 'anha.


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ

‘Aisyah ra bercerita bahwa: “Nabi saw (selalu) beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau” (HR Bukhori & Muslim).

Wallahu A'lam


Editor : Kastolani Marzuki

Follow Berita iNews di Google News