JAKARTA, iNews.id – Kisah Wali Songo Sunan Gresik, ahli pengobatan yang mampu meluluhkan hati istri Raja Majapahit hingga bersedia masuk Islam.
Sunan Gresik yang bernama lengkap Syeikh Maulana Malik Ibrahim merupakan sesepuh Wali Songo. Di kalangan para wali, Syeikh Maulana Malik Ibrahim merupakan tokoh yang dianggap paling senior dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa.
Maulana Malik Ibrahim dilahirkan di Campa (Kamboja), ayahnya bernama Barakat Zainul Alam, seorang ulama besar dari Maghrib. Maulana Malik Ibrahim disebut juga Sunan Gresik atau Syekh Maghribi atau Makhdum Ibrahim Al-Samarqandi. Orang Jawa menyebutnya Asmorokondi. Sebutan Syekh Maghribi menisbahkan asal keturunannya dari Maghrib, atau Maroko, Afrika Utara.
Maulana Malik Ibrahim memiliki silsilah keturunan yang dekat dengan Rasulullah SAW melalui jalur Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al Baqir, Ja’far al Shadiq, Ali al Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa al-Rumi, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.
Dikutip dari Lembaga Dakwah PBNU, Sir Thomas Standford Raffles da- lam Atlas Wali Songo menyatakan bahwa berdasar sumber-sumber lokal, Maulana Ibrahim adalah seorang panditha termasyhur asal Arabia, keturunan Zainal Abidin dan sepupu Raja Chermen.
Menurut J.P Moquette atas tulisan prasasti makam syaikh Maulana Malik Ibrahim, wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 882 H (8 April 1419) dan berasal dari Kashan (Persia Iran).
Sumber cerita lokal menuturkan bahwa daerah yang dituju Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang pertama kali saat mendarat di Jawa ialah Desa Sembalo, di dekat Desa Leran Keca- matan Manyar Kabupaten Gresik, yaitu 9 kilometer di arah utara kota Gresik, tidak jauh dari kompleks makam Fatimah bin Maimun.
Dengan mendirikan masjid pertama di Desa Pasucian, Manyar, Syeikh Malik Ibrahim mulai menyiarkan agama Islam. Awal aktivitasnya ialah berdagang di Desa Rumo. Setelah dakwahnya berhasil di Sembalo, Maulana Malik Ibrahim kemudian pindah ke Gresik.
Setelah itu mendatangi raja Majapahit dan mengajak raja masuk agama Islam. Walaupun raja tidak memeluk Islam, Maulana Malik Ibrahim diberikan tanah di Pinggiran kota Gresik yang bernama Desa Gapura.
Di desa inilah, Maulana Malik Ibrahim mendirikan pesantren untuk mendidik kader-kader pemimpin umat dan penyebar Islam di masa yang akan datang sebagai pengganti dirinya.
Dakwah dengan Mengobati
Wakil Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dr HM Zainuddin MA dikutip dari uin-malang.ac.id menerangkan, aktivitas pertama yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim dalam berdakwah saat itu adalah berdagang dengan membuka warung yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis.
Sebagai tabib, Maulana Malik Ibrahim pernah diundang untuk mengobati istri raja Majapahit yang berasal dari Champa atau Cempa. Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam untuk merangkul masyarakat bawah atau kasta yang disisihkan dalam komunitas Hindu.
Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat di sekitar, yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Pertama-tama yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim adalah mendekati masyarakat melalui pergaulan dan berdagang.
Budi bahasa yang ramah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Syekh Maulana Malik Ibrahim tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan yang hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam.
Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam. Melalui berdagang beliau dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegbeliautan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke Ibu kota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik.
Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren di daerah itu, yang merupakan kawah condrodimuko bagi estafeta perjuangan agama Islam di masa-masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi oleh berjuta-juta umat Islam di Indonesia.
Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Pada acara haul itu dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur yang bernama harisah.
Wallahu A'lam
Editor : Kastolani Marzuki
Follow Berita iNews di Google News