Masjid Jami Mungsolkanas, Jejak Syiar Islam di Kota Bandung 

Ervan David · Sabtu, 17 April 2021 - 15:57 WIB
Masjid Jami Mungsolkanas, Jejak Syiar Islam di Kota Bandung 
Menara Masjid Mungsolkanas menyembul berusaha tetap eksis di tengah gedung-gedung yang mengepung masjid tertua di Kota Bandung ini. (Foto: iNews/Ervan David)

BANDUNG, iNews.id - Jauh sebelum Masjid Raya Bandung, Jawa Barat berdiri, satu-satunya tempat ibadah bagi umat Islam di Bandung pada 1800-an, adalah Masjid Mungsolkanas, Jalan Cihampelas, Kota Bandung. Meski telah berusia 152 tahun, Masjid Mungsolkanas masih kokoh berdiri, digunakan untuk ibadah salat dan kegiatan keagamaan lainnya.

Kini, Masjid Mungsolkanas yang berada di kawasan padat penduduk, diapit permukiman, gedung-gedung apartemen, dan lainnya. Letaknya berada di tengah bangunan-bangunan itu. 

Meski begitu, suasana di masjid tertua di Kota Bandung masih terasa sejuk. Masuk ke dalam masjid saat tengah hari. Air yang keluar dari keran tempat wudu pun dingin, seperti air dari dalam kulkas.

Jejak syiar Islam di kota berjuluk Parijs van Java ini bisa ditelusuri dari masjid tertua di Kota Bandung ini. Betapa tidak, di Masjid Mungsolkanas inilah, KH Abdurrohim mengajarkan mengaji Alquran dan agama Islam kepada murid-muridnya. 

Mama Aden menggembleng murid-muridnya menjadi dai untuk menyebarluaskan agama Islam di Tatar Pasundan. Para santri yang telah tamat menimba ilmu agama di bawah bimbingan KH Abdurrohim, kemudian bermukim dan mensyiarkan Islam di tempat baru.

"Dulu bentuk bangunannya tidak seperti ini, tapi berbentuk kobong atau tempat tinggal santri. Saat itu digunakan untuk belajar mengaji. Ketika Mama Abdurohim membangun masjid ini, metode pengajaran yang digunakan adalah metode pesantren," kata Sekretaris DKM Masjid Jami Mungsolkanas Dedy Priyatna, Sabtu (17/4/2021).

Nama masjid ini memang terdengar asing dan unik di telinga masyarakat. Tidak seperti tempat ibadah umat Islam umumnya yang menggunakan nama-nama khas Arab atau Asmaulhusna, masjid ini justru menggunakan bahasa Sunda.

Menurut Dedy Priyatna, penggunaan bahasa Sunda sebagai nama masjid karena berdiri pada zaman kolonial Belanda. Pendek kata nama Mungsolkanas dipakai untuk menghindari resistensi dari penjajah kala itu.

"Mungsolkanas ini singkatan atau kirata dari Mangga Urang Ngaos Sholawat ka Kanjeng Nabi Muhammad Salallohu Allaihi Wassalam," ujar Dedy. 

Batu prasasti Masjid Mungsolkanas. (Foto: iNews/Ervan David)
Batu prasasti Masjid Mungsolkanas. (Foto: iNews/Ervan David)

Dedy menuturkan, Masjid Jami Mungsolkanas dibangun pada 1869 oleh KH Abdurrohim atau Mama Aden, tokoh masyarakat sekaligus ulama dari Bandung Utara. Masjid ini dibangun di atas tanah hibah H Siti Lantenas yang merupakan kerabat dari KH Abdurrohim.

Sayangnya, bentuk asli masjid ini hilang setelah dilakukan enam kali renovasi. Sehingga, bentuk asli masjid telah 100 persen berubah dari aslinya.

Dulu saat masjid baru pertama kali berdiri, hanya bisa menampung 80 jamaah. Kini, Masjid Mungsolkanas bisa menampung 800 jamaah. "Selain masjid, KH Abdurrohim mewariskan Alquran tulisan tangan yang berumur 147 tahun. Hanya ini aja yang asli," ujar Dedy.

Sekretaris DKM Dedy Priatna menunjukkan Alquran tua tulisan tangan peninggalan KH Abdurrohim atau Mama Aden pendiri Masjid Mungsolkanas. (Foto: iNews/Ervan David)
Sekretaris DKM Dedy Priatna menunjukkan Alquran tua tulisan tangan peninggalan KH Abdurrohim atau Mama Aden pendiri Masjid Mungsolkanas. (Foto: iNews/Ervan David)

Editor : Agus Warsudi

Follow Berita iNews di Google News