JAKARTA, iNews.id - Silsilah Nabi Muhammad SAW sangat jelas dari keturunan pemuka dan pemimpin Suku Quraisy. Jika dirunut sampai atas, silsilah atau nasab Nabi Muhammad SAW berakhir pada Nabi Ismail ibnu Ibrahim as bapak orang Arab al-Musta’ribah.
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah yang bertepatan dengan 20 April 571. Ayahnya bernama Abdullah Abdul Mutalib dan Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Nasab Bapak dan Ibu Nabi SAW bertemu pada datuk Nabi SAW yang bernama Kilab.
Nasab ayah Nabi Muhammad SAW, yakni, Abdullah bin Abd al-Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin kilab Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
Sedang ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab dari suku asli Quraisy yang mempunyai kedudukan utama dalam kemuliaan dan kedudukan yang tinggi di antara Bangsa Arab.
Mengenai silsilah Nabi SAW, dalam hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:
إِنَّ اللهَ اصْطَفَي كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَي قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَي هَاشِمًا مِنْ قُرَيْشٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail, memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, memilih Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturunan Bani Hasyim.” (HR. Imam Muslim)
Dikutip dari Buku Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs Kelas VII Kemenag, Syekh Khudari menjelaskan, tidaklah engkau dapati dalam silsilah bapak-bapaknya Nabi, melainkan orang-orang mulia, tidak ada orang rendah dikalangan mereka, tetapi mereka semuanya adalah pemuka dan pemimpin.
Bahkan Ayah Nabi Muhammad SAW, Abdullah adalah putra bungsu Abdul Mutthalib dan di juluki Adzdzabih karena menurut riwayat Abdul Mutthalib bernadzar apabila ia dikarunia sepuluh anak lelaki, maka dia akan menyembelih salah satu dari mereka, ketika diundi, ternyata undianya jatuh pada Abdullah.
Ketika hendak disembelihnya, Quraisy melarangnya dan ia menebusnya dengan seratus ekor unta.
Nabi SAW Lahir Dalam Keadaan Yatim
Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah meninggal tiga bulan setelah menikahi Aminah. Saat itu usia Abdullah kurang lebih 25 tahun.
Nabi Muhammad dilahirkan di rumah Abi Thalib di Syi’ib bani Hasyim. Perempuan yang bertindak sebagai bidannya adalah Asy-Syaffa’ Ummu Abdurrahman bin Auf.
Ketika Muhammad lahir Ibunya mengirim utusan kepada kakeknya untuk memberi kabar. Maka Abdul Mutthalib datang dengan gembira dan menamainya dengan nama Muhammad.
Dalam awal perkembangannya Muhammad disusui dan dibesarkan oleh ibu kandungnya sendiri; Aminah binti Wahab.
Setelah itu Muhammad disususi oleh Tsuaibah Aslamiah yang merupakan budak pamannya Abu Lahab. Setelah itu Muhammad kecil sususi oleh Halimah binti Abi Dzuaib As sa’diyah, istri al-Harits bin Abd al’Uzza.
Pada usia kurang dari enam tahun terjadilah peristiwa pembelahan dada Muhammad untuk mengeluarkan bagian syaitan darinya oleh malaikat Jibril dan kejadian itu disampaikan pada ibunya.
Setelah kejadian itu tahun Muhammad diasuh ibunya sendiri pada usia kurang dari enam tahun. Ketika Muhammad berusia enam tahun, ibunya tercinta, Aminah binti Wahab meninggal, dimakamkan di Abwa. Ketika ia dalam perjalanan pulang bersama Muhammad dan ditemani oleh Ummu Aiman menuju Mekah setelah mengunjungi paman-pamnya dari Bani Adiy bin Najjar di Madinah.
Sepeninggal ibunya, menurut Syihab, Muhammad kecil diantarkan oleh Ummu Aiman kepada Kakenya, Abd al Mutthalib. Sejak itu Muhammad dibawah pengawasan dan asuhan abdul Mutthalib.
Sang kakek, Abdul Mutthalib sangat menyayangi Muhammad melebihi anak-anaknya sendiri. Namun 2 tahun setelah itu, Abdul Muthalib wafat karena sudah usia lanjut. Saat itu usia Muhammad 8 tahun. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib.
Meski Abu Thalib bukanlah orang kaya, tetapi ia cukup perhatian dalam merawat dan mendidik Muhammad Saw hingga dewasa, meski Abu Thalib memilik banyak anak. Seperti juga Abdul Mutthalib, Abu Thalib adalah tokoh yang disegani dan dihormati orang Quraiys.
Nabi Muhammad berada dalam asuhan dan lindungan Abu Thalib hingga tahun ke-10 kenabian, setelah itu pamannya meninggal.
Menggembala Kambing
Dalam usia muda muda Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung.
Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda dijuluki al-amin, orang yang terpercaya.
Menurut al-Khudhari, ketika Muhammad berusia 12 tahun beliau dibersama pamannya, Abu Thalib melakukan perjalanan ke Syam untuk berdagang bersama rombongan kafilah, para saudagar dari Mekah.
Setibanya di Bashrah di awasi oleh seorang pendeta yang dikenal dengan Buhaira, meski nama sebenarnya adalah Jirjis (george). Setelah rombongan Abu Thalib berhenti dan beristirahat, Buhaira menemui mereka layaknya menyambut tamu. Setelah itu, ia menjelaskan kepada Abu Thalib bahwa anak ini kan menjadi utusan Allah.
Buhaira mengenalinya dari sifat-sifat kenabian pada diri Muhammad yang ia lihatnya dalam kitab-kitab suci mereka. Setelah itu, Buhaira menyarankan kepada Abu Thalib agar membawa pulang kembali anak tersebut ke Mekah, sebelum sampai Syam. Karena Buhaira hawatir dirinya akan dijahati oleh orang-orang Yahudi.
Kemudian Nabi Muhammad SAW dibawa pulang kembali ke Mekah bersama para pembantunya. Perkataan ini sering diucapkan Ahli kitab; Yahudi dan Nasrani sebelum Rasul diutus, Firman Allah dalam surat al Baqarah: 89
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُم مَّا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Artinya: Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah alas orang-orang yang ingkar itu. (QS. Al Baqara: 89)
Ketika Muhammad berusia 20 tahun terjadilah perang Fijar, yaitu perang antara Kinanah yang bersekutu dengan Quraisy melawan Qais, namun peperangan ini dimenangkan oleh suku Qais. Peperangan Fijar ini terjadi beberapa kali.
Dilamar Siti Khadijah
Ketika usia Muhammad mencapai 25 tahun, Muhammad berangkat ke Syam membawa barang dagangan saudagar wanita yang kaya raya yaitu Khadijah binti Khuwailid.
Dalam catatan sejarah Khadijah adalah saudagar janda yang kaya raya, ia memperkerjakan kaum lelaki untuk menjalankan usaha daganganya dengan sistem bagi hasil. Ketika Khadijah mendengar tentang kejujuran Muhammad dan perkataannya yang benar sehingga kaumnya menjulukinya dengan sebutan al-Amin (orang yang terpercaya), maka ia tertarik untuk memperkerjakan Muhammad untuk menjalankan perdaganganya ke Syam.
Dalam perjalanan perdagangan, Muhammad ditemani oleh salah satu pembantu Khadijah yang bernama Maisyarah. Tawaran tersebut diiyakan oleh Muhammad dengan sistem bagi hasil. Untuk itu, ia berangkat ke Syam untuk menjual barang daganganya Khadijah.
Dalam catatan sejarah di ketahui bahwa Muhammad SAW, berhasil menjual barang dagangan Khadijah hingga memperoleh keuntungan yang besar. Hal itu karena banyak pedagang menilai, cara Muhammad berdagang dilakukan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab.
Setelah mendengar langsung cerita kelebihan yang ada pada diri Muhammad, mulai dari sifat, sikap, tutur kata hingga kesaksianya banyak pihak, mengenai kejujuran dan keutamaan Muhammad, maka kemudian Khadijah melamar Muhammad.
Saat Itu usia Muhammad Saw 25 tahun sedangkan Khadijah berumur 40 tahun. Sebelum menikah dengan Muhammad Khadijah adalah seorang janda yang mempunyai anak dua yang meninggal sebelum dewasa.
Dari perkawinannya dengan khadijah Nabi Muhammad di karuniai beberapa anak yaitu; Qasim, Abdullah, Zainab Ruqaiyah, Ummu Kulsum dan Fatimah.
Muhammad hidup bersama Khadijah selama 25 tahun dan tidak pernah menikah dengan perempuan lain selama Khadijah masih hidup. Ada sebuah kejadian penting yang perlu di contoh sebagai tindakan bijak dari seorang Muhammad Saw.
Pada usia 35 tahun datanglah banjir bandang di Mekah sehingga merusak dinding Kakbah, maka orang-orang Quraisy bermaksud merenovasi Kakbah dengan merobohkan kakbah dulu untuk meninggikanya dan membangun atap.
Maka berkumpullah suku-suku Quraisy untuk merencanakan pembangunan itu. Akan tetapi mereka takut merobohkanya karena kedudukan Kakbah di hati mereka.
Mengatasi Konflik
Maka al-Walid ibnu Mughirah berkata: apakah dengan merobohkanya kalian ingin memperbaiki atau merusaknya?, maka mereka menjawab: kami ingin memperbaikinya. Al-Walid berkata : sesungguhnya Allah tidak membinasakan orang-orang yang memperbaikinya. Maka Walid mulai merobohkanya dan mereka mengikutinya.
Kemudian orang-orang Quraisy membongkar dan merobohkan Kakbah hingga mencapai maqom Ibrahim. Maka mereka keluarkan Hijr darinya dan memulai membangun dinding Kakbah. Adapun yang memimpin pembangunan ini adalah seorang tukang kayu yang bernama Baqum.
Para pemuka Quraisy membawa batu-batu di atas leher-leher mereka, di antara mereka adalah al-Abbas dan Rasulullah. Untuk setiap rukun dikhususkan sekelompok pembesar yang mengangkut batu batu kesitu, kemudian membangunnya kembali.
Ketika pembangunan sudah sampai pada peletakan kembali batu hajar al-Aswad, maka mereka bermaksud meletakkan Hajar al-Aswad pada tempatnya semula, maka para pemuka mereka berselisih tentang siapa yang berhak meletakkanya. Mereka berebut melakukan ini hingga nyaris berkobar api peperangan diantara mereka.
Perselisihan ini terjadi selama empat hari empat malam. Perselisihan itu terus memuncak dan dihawatirkan akan memicu terjadinya peperangan antar suku, maka Abu Umayyah Al Mughirah Al Makzumi paman Khalid ibnu Walid yang merupakan orang tua kalangan orang Quraisy berkata:
"Hai kaumku, janganlah kalian bertengkar dan putuskan siapa yang kalian ridhai keputusanya. Lalu mereka menjawab: kami serahkan urusan ini kepada orang pertama yang masuk Kakbah melalui pintu masjid. Pendapat ini disetujui oleh mayoritas kabilah.
Mereka puas setelah mengetahui ternyata yang masuk ke Kakbah lewat pintu Masjid adalah Muhammad. Maka mereka berkata kami setuju dengan Muhammad Al Amin Untuk menyelesaikan perselesihan tersebut, Muhammad Saw menggelar sorban, Nabi SAW mengambil Hajar al-Aswad dengan kedua tanganya di tengah-tengah sorban tersebut.
Kemudian Muhammad meminta untuk seluruh kepala kabilah (suku) yang berselisih untuk mengangkat dan membawanya ke tempat peletakanya Hajar al-Aswad. Setelah sampai pada tempat semula, lalu beliau sendiri yang mengambil dan meletakkannya pada tempatnya semula.
Keberhasilan Muhammad dalam menyelesaikan masalah konflik tersebut membuat orang-orang Quraisy akan kebijakannya dalam meredam konflik yang hampir menimbulkan pertumpahan darah. Ini menunjukkan betapa Muhammad mempunyai jiwa yang bijak dalam memimpin dan mengatasi masalah sosial.
Wallahu A'lam
Editor : Kastolani Marzuki
Follow Berita iNews di Google News