Hikmah

Khutbah Idul Adha: Ibadah Qurban Bentuk Taqarrub kepada Allah dan Manusia

Kastolani Marzuki · Senin, 19 Juli 2021 - 19:34 WIB
Khutbah Idul Adha: Ibadah Qurban Bentuk Taqarrub kepada Allah dan Manusia
Muslim menjalankan sholat Idul Adha 2020 di Kota Semarang. (Foto: Dok.SINDOnews)

JAKARTA, iNews.id - Khutbah Idul Adha 2021 kali ini mengupas tentang makna pengurbanan sebagai sarana taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT maupun dengan sesama manusia. 

Salah satu amalan sunnah di Hari raya Idul Adha yakni menjalankan sholat Idul Adha. Sholat sunnah ini dikerjakan dua rakaat dengan khutbah yang dilakukan selepas sholat. Hal ini berbeda dengan sholat Jumat karena khutbah dilakukan sebelum sholat dikerjakan.

Pemerintah telah menetapkan Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah jatuh pada Selasa 20 Juli 2021. Sama seperti tahun 2020 lalu, pemerintah meniadakan sholat Idul Adha berjamaah di masjid dan tanah lapang khusus di daerah yang memberlakukan PPKM Darurat untuk mencegah penyebaran Covid-19. 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah mengeluarkan fatwa panduan pelaksanaan sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban di masa PPKM Darurat. Dalam fatwa tersebut, MUI mengimbau masyarakat melaksanakan sholat Idul Adha di rumah.

Hukum Sholat Idul Adha adalah sunnah muakkadah yang menjadi salah satu syi'ar keagamaan (syi'ar min sya'air al-Islam).

Sholat Idul Adha ini disunnahkan bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, merdeka maupun hamba sahaya, dewasa maupun anak-anak, di kediaman maupun sedang bepergian (musafir), secara berjamaah maupun secara sendiri. 

Khusus untuk sholat Idul Adha sendirian, cukup dengan 7 takbir di rakaat pertama dan 5 takbir pada rakaat kedua, tanpa ada khutbah.

Sholat Idul Adha tidak diawali dengan azan dan iqomah melainkan dengan seruan asholaatul jaam'iah. Yakni seruan untuk melaksanakan sholat berjamaah yang dikumandangkan Bilal.

Berikut khutbah Idul Adha 2021/1442 Hijriah dilansir dari dakwahnu.id yang ditulis Dr KH Moch Bukhori Muslim, Lc MA (Sekretaris LD PBNU)

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا(8x) االلهُ أَكْبَرُ

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، (8x) لا إله إلا الله، الله أكبر الله أكبر

أَحْمَدُ اللهَ وَأَشْكُرُهُ عَلَى إِدْرَاكِ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمِ عَرَفَةَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَه إِلَّا اللهُ أَحْمَدُ اللهَ وَأَشْكُرُهُ عَلَى إِدْرَاكِ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمِ عَرَفَةَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَه إِلَّا اللهُ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ ِتَابِهِ الكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ َلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Kata Qurban dalam bahasa arab berasal dari akar kata Qaraba, Yaqrabu, Qurbaanan yang artinya mendekatkan diri kepada Allah SWT, berarti orang yang berkurban berusaha untuk Taqqarub kepada Allah SWT dan juga Taqarrub kepada manusia, karena ibadah kurban mengandung makna hablun minallah dan hablun minnaas.

Hablun minallah berarti apapun yang kita korbankan harus didasari dengan ikhlas hanya berharap ridha dari Allah swt.

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.

Sedangkan hablun minannas berarti kita harus peduli dan berbuat baik  dengan sesama makhluk Allah SWT.

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ…

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.”Ibadah kurban mengajarkan agar kita senantiasa memperhatikan nasib orang kecil. Orang kaya harus mengasihi orang yang lebih lemah.

Hewan kurban yang disembelih kemudian dibagikan kepada kaum dhuafa’, mengajarkan agar orang-orang yang diberi keluasan rizqi oleh Allah tidak lupa diri. Hendaknya senantiasa membagi kegembiraannya dengan orang-orang lemah disekitarnya.

Dikisahkan bahwa Mush’ab ibnu Sa’d ibnu Abi Waqqash menceritakan bahwa ayahnya, Sa’d radhiallahu anhu merasa punya kelebihan/keutamaan dibandingkan dengan para sahabat yang lain. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu mengingatkan,

هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ

“Tidakkah kalian ditolong terhadap musuh-musuh kalian, dan tidakkah kalian diberi rezeki melainkan karena orang-orang lemah kalian?” (HR. al-Bukhari).

Kesuksesan jabatan, keberhasilan bisnis, dan kemapanan pangkat yang kita peroleh tidak lain ada jasa dari orang-orang lemah.

Maka janganlah pangkat, jabatan, kekayaan menjadikan kita angkuh, arogan dan sombong lalu lalai dengan kaum lemah.

Terutama kondisi wabah Covid-19 saat ini, banyak orang lemah semakin susah dan banyak orang miskin bertambah, maka kita harus lebih peduli dan kepedulian kita tidak akan merusak kondisi kita atau membuat kita susah. 

Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Bilal radhiallahu anhu,

أَنْفِقْ يَا بِلَالُ، وَلاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً

“Berinfaklah wahai Bilal! Jangan engkau khawatir menjadi fakir dan tidak memiliki apa-apa dari Dzat Pemilik Arsy.” (Syu’abul Iman).

Bahkan harta yang kita kurbankan pasti akan diganti oleh Allah dengan yang lebih baik. Sebagaimana Nabi Ibrahim dengan ikhlas mengorbankan putranya, lalu Allah SWT menggantinya dengan binatang yang sangat bagus.

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan pertolongan kepada kita agar kita menjadi bagian dari orang yang menggerakkan kebaikan kepada sesama makhluk Allah SWT.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ .أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَ لَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ


Editor : Kastolani Marzuki

Follow Berita iNews di Google News