HARVEY, iNews.id - Warga negara Indonesia (WNI) Muslim di luar negeri juga melaksanakan ibadah Ramadhan di tempat masing-masing meski menghadapi banyak tantangan, Tentu saja, kondisi di Indonesia berbeda dengan luar negeri di mana Muslim menjadi kelompok minoritas. Kondisi ini dirasakan Muslim WNI di Australia.
Dai Ambassador Dompet Dhuafa di Australia Ustaz Arif Ahmad Fauzi mengatakan, sekelompok muslim Indonesia yang tinggal di Harvey, Australia Barat, harus menempuh 140 km lebih menuju masjid terdekat untuk melaksanakan Salat Tarawih berjemaah.
Masjid di Kota Bunbury, merupakan satu-satunya masjid terdekat dari kota yang dikenal sebagai penghasil susu dan jeruk.
Menurut Arif, perjalanan dari Harvey ke Bunbury bukan hal mudah. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk bisa sampai. Meski begitu, semangat warga Muslim Harvey untuk melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan tak luntur sedikit pun. Mereka rela menempuh jarak jauh demi berkumpul bersama umat Muslim lainnya di masjid.
Kendala jarak dan waktu sebenarnya bukan hal baru bagi mereka. Sejak awal kedatangan di Australia, mereka sudah menyadari bahwa fasilitas ibadah seperti masjid tidak semasif di Indonesia. Namun, kondisi itu justru memberi motivasi bagi mereka untuk lebih giat dalam melaksanakan ibadah.
Perjalanan panjang menuju masjid, kata Arif, justru menjadi momen hangatnya kebersamaan masyarakat Muslim Harvey. Selama perjalanan, mereka saling berbagi cerita dan pengalaman serta saling menguatkan iman satu sama lain. Ini adalah bukti bahwa semangat kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah di antara mereka terjaga dengan baik, meski jauh dari Tanah Air.
Kebahagiaan yang mereka rasakan saat sampai di masjid hingga melaksanakan Salat Tarawih berjemaah, tak dapat digantikan oleh apa pun. Ini menjadi bukti, iman dan semangat alam menjalankan ibadah tidak pudar.
Tama, jemaah dari Aceh, mengungkapkan perasaan kepada Dai Ambassador Dompet Dhuafa Ustaz Arif Ahmad Fauzi.
“Perjalanan ini memang melelahkan, tapi ketika kita sampai di masjid dan melihat saudara-saudara kita yang lain, semua rasa lelah itu hilang. Ini adalah perjalanan iman kita,” kata Tama.
Meski membahagiakan, perjalanan itu nyatanya tak selalu mulus. Banyak tantangan dan rintangan yang harus mereka hadapi, mulai dari cuaca yang tidak menentu, kendala transportasi, hingga rasa lelah fisik pada pagi sampai sore mereka harus bekerja. Namun, semua itu tak menghilangkan semangat mereka untuk melaksanakan Salat Tarawih.
Editor : Anton Suhartono
Follow Berita iNews di Google News