Kiswah

Mengenal Lebih Dekat Ahlussunnah Wal Jamaah, Kyai Misbah: Berbicara tentang Islam Itu Sendiri

Rizqa Leony Putri ยท Senin, 07 September 2020 - 19:08 WIB
Mengenal Lebih Dekat Ahlussunnah Wal Jamaah, Kyai Misbah: Berbicara tentang Islam Itu Sendiri
Program Kiswah iNews mengulas soal Ahlussunnah Wal Jamaah. (Foto: iNews.id)

JAKARTA, iNews.id - Istilah Ahlussunnah Wal Jamaah mungkin tak lagi asing bagi umat Muslim di Indonesia, bahkan penjuru dunia. Namun, terkadang kita tidak memahami istilah Ahlussunnah Wal Jamaah  itu sendiri.

Seseorang dikatakan Ahlussunnah Wal Jamaah ketika mereka senantiasa berpegang kepada sunnah Rasulullah SAW. Adapun sunnah secara istilah adalah semua yang Rasulullah SAW ajarkan.

Ketua Aswaja Center KH Misbahul Munir (Kyai Misbah) menjelaskan bahwa ketika berbicara mengenai Ahlussunnah Wal Jamaah, maka sama saja berbicara tentang Islam itu sendiri. Menurutnya, sejatinya Islam ialah ajaran Rasulullah, para sahabat, tabi'in, serta ulama.

"Berbicara tentang Islam Ahlussunnah, maka kita sedang berbicara tentang Islam itu sendiri. Sejatinya Islam ya Islam Ahlussunnah Wal Jamaah, ajaran Rasulullah, ajaran para sahabat, ajran para tabi'in dan para ulama," ucap Kyai Misbah, seperti dikutip dari Kiswah, iNews pada Senin (7/9/2020).

Sebab semua amal perbuatan manusia, memiliki tolak ukur kebenarannya melalui ajaran Allah SWT. Dia pun menyampaikan sebuah ayat di mana manusia dianjurkan untuk berpegang teguh dengan ajaran Allah dan jangan sampai terpecah belah.

"Semua amaliyah kita, semua ibadah kita, tolak ukur benar dan tidaknya itu ajaran Allah SWT, ajaran Rasulullah, lewat para sahabat Rasul hingga sampai kepada para ulama-ulama," ucap Kyai Misbah.

Adapun ciri dari pengikut Ahlussunnah Wal Jamaah digambarkan Kyai Misbah melalui perilakunya. Di antaranya tidak mudah mengkafirkan sesama, umat Nabi Muhammad SAW dan Ahlul Qiblat, serta tak mudah menuduh orang sesat.

"Ciri-ciri yang berkaitan dengan perilaku, biasanya pengikut Ahlussunah itu karakternya tidak suka mengkafirkan sesama umat Nabi Muhammad SAW, tidak mudah mengkafirkan sesama Ahlul Qiblat, tidak mudah menuduh orang sesat, tidak mudah mensyirikkan orang," katanya.

Ketua Aswaja Center Jatim KH Makruf Khozin pun membenarkan pernyataan tersebut. Menurutnya, dalam mempelajari aqidah, baiknya ditujukan untuk mengenal Allah SWT semakin dekat.

"Kita mempelajari aqidah untuk mengenal Allah semakin dekat, bukan mempelajari aqidah untuk membunuh orang," ujar Kyai Makruf.

Menurutnya, tugas seorang ulama hampir sama dengan seorang dokter. Di mana jika ada seseorang yang salah atau melakukan penyimpangan, tak semestinya dikafir-kafirkan, melainkan dibimbing ke jalan yang benar.

"Kalau ulama, ada orang yang salah, seharusnya dibetulkan bukan dikafir-kafirkan. Sama dengan dokter, kalau ada pasien sakit tidak dimarah-marahin, tetapi ditanya sakitnya apa. Kemudian keluhannya apa didiagnosa, lalu kemudian diobati dan sembuh," katanya.

"Semestinya tugas ulama juga begitu. Kenapa dia tidak melakukan ibadah ini, kenapa dia ada penyimpangan kemudian melakukan pendekatan dan dibimbing sampai menjadi benar. Itu pula yang dijalani oleh Nabi Muhammad SAW," kata Kyai Makruf.


Editor : Tuty Ocktaviany

Follow Berita iNews di Google News