Bahkan dalam salah satu majlisnya, Syaikh Hammad bin Abu Sulaiman pernah berujar, “tidak boleh duduk di bagian depan halaqah ini kecuali Abu Hanifah (Imam Hanafi).”
Imam Hibban bin Musa meriwayatkan, bahwa Imam Ibnul Mubarak (w 181 H) pernah ditanya orang; “apakah Imam Malik yang lebih pandai ataukah Imam Abu Hanifah?” beliau menjawab, “Imam Abu Hanifah yang lebih pandai.”
Imam Ahmad bin as-Shabah berkata, “Imam Malik pernah ditanya orang; “adakah engkau pernah melihat Imam Abu Hanifah?” beliau menjawab, “ya, aku pernah melihat Abu Hanifah. Ia adalah seorang laki-laki yang jika kamu berkata tentang tiang kayu ini supaya ia jadikan emas, niscaya ia akan memberikan alasan-alasannya.”
Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i berkata, “manusia seluruhnya dalam hal ilmu fiqih adalah menjadi keluarga dan anak buah Imam Abu Hanifah.”
Imam Sufyan bin Uyainah berkata, “dua perkara yang aku tidak sangka bahwa kedua-duanya itu dapat menembus keluar dari jembatan kota Kufah. Pertama ialah Ilmu Qiraat-nya Hamzah dan yang kedua ialah Ilmu Fiqih-nya Abu Hanifah. Sungguh kedua-duanya telah tersebar hingga ke pelosok negeri.”
Seluruh pujian dan sanjungan ini semakin melegitimasi kecerdasan, kepandaian dan penguasaan Imam Abu Hanifah
khususnya dalam bidang ilmu fiqih yang seakan telah menjelma menjadi napasnya.
Ahli Hadits
Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam ilmu fiqih, Imam hanafi juga menguasai betul tentang seluk-beluk ilmu hadits.
Murid Imam Hanafi, Imam Abu Yusuf meriwayatkan,
“Aku belum pernah melihat seorang yang lebih mengerti tentang hadis dan tafsirnya selain daripada Imam Abu Hanifah. Ia adalah seorang yang tahu akan illah-illah hadis, mengerti tentang takdil dan tajrih, dan mengerti akan tingkatan hadis yang sah atau yang tidak. Beliau termasuk pula orang yang diterima riwayatnya.”
Imam Abu Hanifah pernah berkata, “jauhilah oleh kamu berbicara mengenai agama Allah swt berdasarkan pendapat sendiri, tidak menurut hadis-hadis Nabi saw.”
Editor : Kastolani Marzuki
Follow Berita iNews di Google News