Dalam shahih Al-Bukhari, Nabi SAW mengatakan bahwa “laa yu’min”, tidak beriman, sampai 3 kali nabi mengatakan itu. Tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman, orang muslim yang tidak menjaga tetangganya dari musibah. Mungkin memang tidak bisa menolak musibah datang, akan tetapi maksudnya jangan sampai kita cuek dengan tetangga dan sekitar.
والله لا يؤمن والله لا يؤمن والله لا يؤمن قالوا من ذلك يا رسول الله قال من لا يأمن جاره بوائقة
Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman”. Para sahabat bertanya: “siapa yang tidak beriman ya rasul?”. Beliau menjawab: “dia yang tidak menjaga tetangganya dari musibah”. (HR al-Bukhari)
Dalam riwayat Imam al-Hakim, juga disebutkan dari sahabat Ibnu Abbas ra, bahwa seorang muslim tidak beriman, maksudnya imannya tidak sempurna, yakni orang muslim yang tidur kekenyangan akan tetapi tetangga kelaparan.
ابن عباس رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ليس المؤمن الذي يشبع وجاره جائع
Dari sahabat Ibn Abbas r.a., Nabi s.a.w. bersabda: “seorang muslim tidak beriman jika ia kekenyangan sedangkan tetangganya kelaparan.” (HR al-Hakim)
Lagi-lagi urusan horizontal menjadi tolak ukur keimanan. Artinya makin baik horizontalnya seorang muslim, makin tinggi keudukan imannya di hadapan Allah sSWT, juga sebaliknya, makin rendah perhatian muslim soal hubungan horizontalnya, makin rendah pula kedudukan imannya. Dan yang membuat tolak ukur tersebut adalah Nabi SAW, bukan siapa-siapa.
Editor : Kastolani Marzuki
Follow Berita iNews di Google News