skin ads
skin ads

Hadits Palsu tentang Shalat Tarawih Malam 1 - 30, Ada Malam yang Setara Pahala Nabi-nabi

Rilo Pambudi · Kamis, 21 April 2022 - 16:22 WIB
Hadits Palsu tentang Shalat Tarawih Malam 1 - 30, Ada Malam yang Setara Pahala Nabi-nabi
Salat Tarawih (Foto:Antara)

- Pada malam kedua puluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.

- Pada malam kedua puluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.

- Di malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.

- Pada malam ketiga puluh, Allah berfirman: ‘Hai hambaKu, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.’

Indikasi atau Ciri Hadits Tersebut Palsu

Membaca hadits tersebut secara keseluruhan, ibadah tarawih yang dilakukan setiap malamnya memiliki keutamaan masing-masing. Meski seluruhnya terdengar baik dan indah, jangan buru-buru untuk meyakini keshahihannya. Pasalnya terdapat beberapa keganjilan yang dalam hadits tersebut.

Dikutip dari situs Muslim, hadits tersebut tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad. Hal itu mengindikasikan kuat bahwa hadits tersebut adalah palsu.

Bahkan yang dirasa sangat ganjil adalah isi redaksi yang menyebutkan tentang pahala-pahala dari setiap tarawih. 

Misalnya saja pada malam ke-17 yang dirasa kurang masuk akal untuk sebuah ibadah sunnah karena menyebut pahalanya setara dengan pahala para nabi.

Jika ingin lebih objektif lagi, Wakil Katib PCNU Jember dan Peneliti di Aswaja Center Jember, Ustaz Abdul Wahab Ahmad, memberikan penjelasan mendasar seperti yang disampaikan di laman Islam NU.

Disebutkan bahwa istilah 'Tarawih' saja baru muncul belakangan ketika ibadah tersebut diidentikkan dengan shalat berjamaah yang punya jeda istirahat (tarwihah) setiap dua kali salam hingga genap 10 kali salam (20 rakaat). 

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan asal nama tarawih ini sebagai berikut: 

وَالتَّرَاوِيحُ جَمْعُ تَرْوِيحَةٍ وَهِيَ الْمَرَّةُ الْوَاحِدَةُ مِنَ الرَّاحَةِ كَتَسْلِيمَةٍ مِنَ السَّلَامِ سُمِّيَتِ الصَّلَاةُ فِي الْجَمَاعَةِ فِي لَيَالِي رَمَضَانَ التَّرَاوِيحَ لِأَنَّهُمْ أَوَّلَ مَا اجْتَمَعُوا عَلَيْهَا كَانُوا يَسْتَرِيحُونَ بَيْنَ كُلِّ تَسْلِيمَتَيْنِ  

"Tarawih adalah jamak dari tarwihah yaitu istirahat satu kali, seperti kata taslimah berasal dari kata salam. Shalat berjamaah di malam-malam bulan Ramadhan disebut sebagai tarawih karena pada awal ia dilakukan berjamaah, para sahabat beristirahat di antara setiap dua kali salam." (Ibnu Hajar al-Asqalai, Fathul Bari, juz IV, h. 250) 

Dijelaskan lebih detail lagi, peristiwa awal shalat tarawih berjamaah baru terjadi saat masa Khalifah Umar dengan imam tarawih ketika itu adalah Ubay bin Ka'b. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ القَارِيِّ، أَنَّهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى المَسْجِدِ، فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ، يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ، وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ، فَقَالَ عُمَرُ: «إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ، لَكَانَ أَمْثَلَ» ثُمَّ عَزَمَ، فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى، وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ، قَالَ عُمَرُ: «نِعْمَ البِدْعَةُ هَذِهِ، وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِي يَقُومُونَ» يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ 

"Dari 'Abdurrahman bin 'Abdul Qari bahwa dia berkata; "Aku keluar bersama 'Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu pada malam Ramadhan menuju masjid, ternyata orang-orang shalat berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, ada yang shalat sendiri dan ada seorang yang shalat diikuti oleh makmum yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang. Maka 'Umar berkata: "Aku pikir seandainya mereka semuanya shalat berjamaah dengan dipimpin satu orang imam, itu lebih baik". Kemudian Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka dalam satu jamaah yang dipimpin oleh Ubay bin Ka'ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu jama'ah dengan dipimpin seorang imam, lalu 'Umar berkata: "Sebaik-baiknya bid'ah adalah ini. Dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang shalat awal malam, yang dimaksudkan untuk mendirikan shalat di akhir malam, sedangkan orang-orang secara umum melakukan shalat pada awal malam." (HR. Bukhari).


Editor : Komaruddin Bagja

Follow Berita iNews di Google News