JAKARTA, iNews.id - Umat Islam di seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 H yang jatuh Rabu, 10 April 2024. Lantas, apa sejatinya makna Idul Fitri menurut Al Quran dan pengertiannya? Berikut ulasannya.
Hari Raya Idul Fitri baru dirayakan Nabi Muhammad SAW pada tahun ke-2 Hijriah setelah hijrah ke Madinah. Idul Fitri selama ini diartikan sebagai kembali suci. Namun, ternyata makna itu dinilai keliru. Kata Idul Fitri juga tidak terdapat dalam satu pun ayat Al Quran.
Muhammad Saiyid Mahadhir dalam bukunya Bekal Ramadhan dan Idul Fitri menjelaskan, idul Fitri berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Arab yakni Ied dan Fithr. Ied artinya kembali dan fithr artinya makan atau berbuka.
Sehingga jika kedua kata itu digabungkan yakni Idul Fitri maka pengertiannya adalah kembali makan atau kembali berbuka setelah sebulan penuh berpuasa di Bulan Ramadhan. Meski demikian, sebagian ulama memaknai Idul Fitri dengan kembali fitrah atau suci. Yakni bersyukur atas sempurnanya ibadah puasa yang dijalani hingga kembali ke fitrahnya semula (Idul Fitri).
Makna Idul Fitri Menurut Al-Quran
Muhammad Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1999) sebagaimana dilansir dari NU Online mengartikan bahwa Id berarti kembali dan fithr dapat diartikan agama yang benar atau kesucian atau asal kejadian.
Kalau umat Islam memahaminya sebagai agama yang benar, maka hal itu menuntut keserasian hubungan karena keserasian tersebut merupakan tanda keberagaman yang benar.
Dalam hal ini, Nabi Muhammad bersabda, Al-Din Al-Muamalah. Nasihat menasihati dan tenggang rasa juga termasuk ajaran agama karena Nabi juga bersabda, Al-Din Al-Nashihah.
Dengan demikian, setiap yang ber-Idul Fitri harus sadar bahwa setiap orang dapat melakukan kesalahan; dan dari kesadarannya itu ia bersedia untuk memberi dan menerima maaf. Fithrah berarti kesucian. Ini dapat dipahami dan dirasakan maknanya pada saat seorang hamba duduk merenung sendirian.
Ketika pikiran mulai tenang, kesibukan hidup atau haru hati telah dapat teratasi, akan terdengar suara nurani yang mengajaknya berdialog, mendekat bahkan menyatu dengan suatu totalitas wujud Yang Maha Mutlak, yang mengantarnya untuk menyadari betapa lemahnya manusia di hadapan-Nya, dan betapa kuasa dan perkasanya Yang Maha Agung itu.
Terkait dengan kesucian, Quraish Shihab menjelaskan bahwa kesucian adalah gabungan tiga unsur: benar, baik dan indah. Sehingga seseorang yang ber-Idul Fitri dalam arti kembali ke kesuciannya akan selalu berbuat yang indah, benar, dan baik.
Bahkan lewat kesucian jiwanya itu, ia akan memandang segalanya dengan pandangan positif. Ia selalu mencari sisi-sisi yang baik, benar, indah. Mencari yang indah melahirkan seni, mencari yang baik menimbulkan etika, dan mencari yang benar menghasilkan ilmu.
Dengan pandangan yang demikian, ia akan menutup mata terhadap kesalahan, kejelekan, dan keburukan orang lain. Kalaupun itu terlihat, selalu dicarinya nilai-nilai positif dalam sikap negatif tersebut. Dan kalaupun itu tak ditemukannya, ia akan memberinya maaf bahkan berbuat baik kepada yang melakukan kesalahan.
Editor : Kastolani Marzuki
Follow Berita iNews di Google News