skin ads
skin ads
Hikmah

Perbedaan Metode Hisab dan Rukyat dalam Menentukan Awal 1 Ramadhan

Kastolani Marzuki · Senin, 28 Maret 2022 - 18:21 WIB
Perbedaan Metode Hisab dan Rukyat dalam Menentukan Awal 1 Ramadhan
Perbedaan metode hisab dan rukyat dalam menentukan awal Ramadhan. (Foto: Antara)

JAKARTA, iNews.id - Umat Islam di Indonesia tahun ini kemungkinan akan mengalami perbedaan dalam menjalankan awal puasa Ramadhan 2022 / 1443 H. Hal itu terjadi karena perbedaan metode dalam menentukan awal 1 Ramadhan yakni metode hisab dan rukyat.

Apa perbedaan metode hisab dan rukyat dalam menentukan awal 1 Ramadhan? Berikut penjelasannya.

Ustaz Ahmad Zarkasih Lc dalam bukunya Bekal Ramadhan menjelaskan, untuk menentukan awal Ramadhan, ulama menetapkan dengan dua cara yakni dengan metode Rukyat atau biasa dengan sebutan yang lebih lengkap rukyatul Hilal, juga dengan cara melengkapi bilangan Sya’ban menjadi 30 hari.

Metode Rukyat

Rukyat berarti melihat dengan mata, dan hilal yang berarti bulan sabit. Disebut bulan sabit karena yang dilihat adalah keberadaan bulan di awal yang bentuknya masih sabit, belum terlihat bulat dari bumi.

Penentuan awal bulan Ramadhan adalah jika hilal sudah terlihat di tanggal 29 Sya’ban, sesaat setelah terbenamnya matahari.
Melakukan rukyatul hilal adalah cara yang disyariatkan di dalam agama dan diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

صوموا لرؤيته ـ أي الهلال ـ وأفطروا لرؤيته، فإن غم عليكم فاقدروا له

“Berpuasalah kalian dengan meliaht (bulan) dan berbukalah (berlebaran) dengan melihat bulan, jika terhalang oleh kalian melihat bulan maka taqdirkanlah.”

2. Ikmal

Ikmal atau istikmal adalah menggenapkan hitungan bulan menjadi 30 hari, pada saat hilal tidak nampak di tanggal 29 Sya’ban itu.
Ini diambil jika memang kondisi langit ketika itu tidak memungkinkan untuk kita melihat hilal. Entah karena awan gelap, cuaca mendung atau bahkan hujan lebat. Maka, yang dilakukan ketika itu adalah melengkapi bilangan bulan sya’ban sebanyak 30 hari. Nabi SAW telah bersabda soal ini: "Bila tidak nampak olehmu, maka sempurnakan hitungan Sya‘ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain disebutkan sebagai berikut:

Berpuasalah kamu dengan melihat hilal dan berbukalah kamu dengan melihatnya juga. Tetapi bila ada awan yang menghalangi, maka genapkanlah hitungan dan janganlah menyambut bulan baru.” (HR. An-Nasa’i dan Al-Hakim)

Jadi bulan Sya'ban digenapkan bilangannya menjadi 30 hari. Dan inilah pendapat kebanyakan para ulama (jumhur) sepanjang masa

3. Metode Hisab

Pengertian metode hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam penentuan dimulainya awal bulan pada kalender hijriyah. 


Editor : Kastolani Marzuki

Follow Berita iNews di Google News