Disebutkan demikian, karena dahulu ada dua suku; Mudhar dan Rabi’ah, yang masing-masing sangat memuliakan beberapa bulan hijriyah.
Kaum Rabi’ah sangat menyukai dan mengagungkan bulan Ramadhan, sedangkan kaum mudhar sangat menaruh cinta yang dalam kepada Rajab, sehingga Rajab menjadi bulan yang sangat dimuliakan oleh kaum ini. Karena itulah, orangorang dahulu, menyebut Rajab dengan sebutan rajab Mudhar. (Syarhu Muslim li an-Nawawi 11/168).
Allah SWT memberikan keistimewaan pada bulan-bulan haram di antara bulan-bulan lainnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ (التوبة: ٣٦).
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram” (Q.S. at-Taubah: 36).
Allah menyebut empat bulan tersebut sebagai bulan-bulan haram karena pada awalnya peperangan di dalamnya diharamkan.
Imam al-Thabari dalam tafsirnya menukil perkataan sahabat Ibnu Abbas r.a., perihal kemuliaan yang Allah SWT berikan untuk bulan-bulan haram ini:
“Allah SWT memberika keistimewaan untuk empat bulan haram di antara bulan-bulan yang ada, dan diagungkan kemuliaannya bulan itu, dan menjadikan dosa yang terbuat serta amal ibadah yang dilaksanakan menjadi lebih besar ganjaran dosa dan pahalanya”. (Tafsir al-Thabari 14/238)
Imam Ibnu Katsir dalam tafsir surat yang sama, beliau menukil perkataan Imam Qatadah, ahli tafsir dari kalangan Tabi’in:
“Allah SWT mensucikan makhluk-Nya di antaranya makhluk-makhluk ciptaan-Nya, mencusikan para rasul dari kalangan malaikat, mensucikan para Rasul di antara manusia yang lain, mensucikan dzikir dari perkataan makhlukNya, mensucikan masjid dari tanah-tanah lain, mensucikan bulan Ramadhan dan bulan-bulan haram di antara bulan-bulan lain, mensucikan hari jumat di antara hari-hari lain, mensucikan malam lailatul-qadr di antara malam-malam lain. Maka muliakanlah apa yang Allah s.w.t. telah muliakan. Sesungguhnya memuliakan apa yang Allah s.w.t. muliakan adalah yang dilakukan para ahli ilmu dan orang-orang berakal.” (tafsir Ibnu Katsir 4/149).
Editor : Kastolani Marzuki
Follow Berita iNews di Google News