Hikmah

Sejarah Haji Dari Masa Nabi Adam, Ibrahim hingga Rasulullah SAW

Kastolani Marzuki · Minggu, 03 Juli 2022 - 14:35 WIB
Sejarah Haji Dari Masa Nabi Adam, Ibrahim hingga Rasulullah SAW
Sejarah Ibadah haji yang dilakukan umat Islam sudah ada sejak zaman Nabi Adam. (Foto: AFP)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan kisah di balik kalimat Talbiyah. Menurut suatu pendapat, Nabi Ibrahim berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimanakah saya menyampaikan seruan itu kepada manusia, sedangkan suara saya tidak dapat mencapai mereka?"

Kemudian Allah SWT berfirman:

{وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ}

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji. (Al-Hajj: 27)

Yaitu serukanlah kepada manusia untuk mengerjakan haji ke Baitullah ini yang Kami perintahkan kamu untuk membangunnya.

Maka Ibrahim berdiri di maqamnya. Menurut pendapat lain di atas sebuah batu. Menurut pendapat yang lainnya di atas Bukit Safa. Dan menurut pendapat yang lainnya lagi, bahwa Ibrahim menaiki bukit Abu Qubais, lalu berseru, "Hai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian telah membuat sebuah rumah (Baitullah), maka berhajilah (berziarahlah) kalian kepadanya."

Setelah Ibrahim mengumandangkan seruan itu semua bukit dan gunung merendahkan dirinya, sehingga suaranya mencapai seluruh permukaan bumi, bayi-bayi yang masih berada di dalam rahim dan tulang sulbi dapat mendengar seruannya dan segala sesuatu yang mendengar suaranya menjawabnya, baik batu-batuan, pohon-pohonan, dan lain sebagainya.

Didengar pula oleh semua orang yang telah dicatat oleh Allah bahwa dia akan mengerjakan haji, sampai hari kiamat. Jawaban mereka ialah "Labbaika Allahumma Labbaika (Kami penuhi seruan-Mu, ya Allah. Kami penuhi seruan-Mu, ya Allah). Demikianlah garis besar dari apa yang telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas.

Sepeninggal Nabi Ibrahim as, ibadah haji banyak mengalami perubahan tata cara dan ritual. Perubahan itu memang kadang terkadang datang dari Allah SWT dengan bergantinya nabi dan rasul.

Namun, tidak sedikit yang datangnya dari manusia yang mengubah ritual dan tata cara haji sebagai bentuk penyimpangan dari ajaran-ajaran agama.

Seperti dilakukan orang-orang Arab jahiliyah yang mengubah bentuk ritual dan tata cara haji dengan menodai Ka'bah sebagai tempat berhala. Orang-orang Arab jahiliyah khususnya perempuan saat itu melakukan tawaf tanpa busana.

DIkutip dari Buku Ibadah Haji Rukun Islam Kelima karya Ahmad Sarwat, ritual dan tata cara haji atau manasik haji baru ditentukan setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW. Manasik haji sesuai syariat ini berlaku hingga hari kiamat nanti.

Dalam Syariat Islam, ibadah haji ini  baru disyariatkan di masa ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Sebagian ulama berpendapat pensyariatan haji ini dimulai pada tahun ke-9 Hijriah, sebagian lagi berpendapat pada tahun ke-10 Hijriah.

Selama 13 tahun berdakwah di Mekkah, Nabi Muhammad SAW tidak diperintahkan oleh Allah SWT untuk manasik haji. Setelah enam tahun Nabi SAW hijah ke Madinah, baru turun ayat yang mewajibkan untuk melaksanakan ibadah haji sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, Surat Ali Imran ayat 97:

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran Ayat 97).


Editor : Kastolani Marzuki

Follow Berita iNews di Google News