Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj.
Bagi siapa saja yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang merasakan rezeki yang lancar, kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan lainnya, kiranya perlu mawas diri dan waspada karena bisa jadi saat ini dia sedang teridentifikasi mengalami istidraj.
Bagaimana cara mengenalinya? Berikut ini adalah ciri-ciri istidraj yakni: (1) nikmat dunia yang semakin bertambah, namun keimanannya semakin menurun, (2) mendapat kemudahan hidup meski terus menerus bermaksiat, (3) rezeki selalu bertambah, meski terus lalai dalam ibadah, (4) semakin kaya, namun semakin menjadi kikir, dan (5) jarang sakit, namun kerap berlaku sombong.
Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam al-Hikam, yakni:
خِفْ مِنْ وُجُوْدِ إِحْسَانِهِ إِلَيْكَ وَدَوَامِ إِسَاءَتِكَ مَعَهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ اسْتِدْرَاجاً سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
“Takutlah pada perlakuan baik Allah kepadamu di tengah durhakamu yang terus-menerus terhadap-Nya. Karena, itu bisa jadi sebuah istidraj, seperti firman-Nya, ‘Kami meng-istidraj-kan mereka dari jalan yang mereka tak ketahui’.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa ketika seseorang mendapatkan kenikmatan, baik nikmat materi maupun non materi, hendaklah ia bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh zat pemberi nikmat, dan bukannya lupa kepada-Nya. Dan segera bersyukur kepada-Nya, baik secara lisan, perbuatan maupun keyakinan dalam hati. Realisasi syukur itu bisa berupa semakin rajin beribadah, bersedekah maupun perilaku-perilaku yang bermanfaat bagi orang lain.
Begitu bahayanya istidraj, sampai-sampai Umar bin Khattab pernah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu menjadi mustadraj (orang yang ditarik dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan).”
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Editor : Kastolani Marzuki
Follow Berita iNews di Google News