Kisah Nabi Adam Lengkap dari Lahir sampai Wafat Menurut Al Quran dan Hadits

Kastolani Marzuki · Selasa, 12 Desember 2023 - 05:30 WIB
Kisah Nabi Adam Lengkap dari Lahir sampai Wafat Menurut Al Quran dan Hadits
Ilustrasi Kisah Nabi Adam lengkap dari lahir sampai wafat. (Freepik)

Nabi Adam dan Hawa Diusir dari Surga

Nabi Adam dan Siti Hawa diusir oleh Allah SWT dari surga dan diturunkan ke bumi karena melanggar larangan-Nya dengan memakan buah terlarang di Surga. Adam dan Hawa terbujuk rayuan dan bisikan setan untuk memakan buah khuldi yang dianggapnya sebagai buah kekekalan. 

Setelah keduanya memakan buah pohon itu, maka dengan serta-merta kelihatanlah aurat keduanya. Tersebutlah bahwa yang digunakan oleh keduanya untuk menutupi aurat adalah kukunya masing-masing.

Kalangan mufasir menerangkan peristiwa itu terjadi pada hari Jumat. Kisah diturunkannya Nabi Adam AS ke bumi itu diabadikan dalam Alquran Surat Al Baqarah ayat 38.

Kisah Nabi Adam di bumi pun berlanjut. Ia diturunkan Allah SWT terpisah dengan Hawa. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Adam diturunkan di wilayah Dahna, India. Sedangkan Siti Hawa di Jeddah. Iblis diturunkan di Dustamisan yang terletak beberapa mil dari kota Basrah, Irak.

Sesudah itu, Adam dan Hawa pun memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT atas apa yang mereka lakukan. Hingga akhirnya, Allah SWT mempertemukan mereka di bukit Jabal Rahmah, dekat padang Arafah.

Setelah diturunkan ke bumi, mulailah Adam belajar membuat alat besi, dan diperintahkan untuk membajak tanah dan menanam tanaman serta mengairinya. Ketika telah tiba masa panen, maka ia menuainya dan memilih biji-bijiannya serta menggilingnya menjadi tepung, lalu mem­buat adonan roti darinya, setelah itu baru ia memakannya.

Nabi Adam Wafat

Nabi Adam AS wafat pada usia 1.000 tahun pada hari Jumat berdasarkan riwayat Ibnu Abbas dan Abu Hurairah. 


سَيِّدُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ أَعْظَمُ مِنْ يَوْمِ النَّحَرِ وَيَوْمُ الْفِطْرِ وَفِيْهِ خَمْسُ خِصَالٍ فِيْهِ خَلَقَ اللهُ آدَمَ وَفِيْهِ أُهْبِطَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيْهِ تُوُفِّيَ وَفِيْهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ الْعَبْدُ فِيْهَا اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيْعَةَ رَحِمٍ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقّرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيْحٍ وَلَا جَبَلٍ وَلَا حَجَرٍ إِلَّا وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ
( مناهج الإمداد، شرح إرشادالعباد ١/٢٨٦)

“Rajanya hari di sisi Allah SWT adalah hari Jumat. Ia lebih agung dari pada hari raya kurban dan hari raya Fithri. Di dalam Jumat terdapat lima keutamaan. Pada hari Jumat Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dan mengeluarkannya dari surga ke bumi. Pada hari Jumat pula Nabi Adam wafat. Di dalam hari Jumat terdapat waktu yang tiada seorang hamba meminta sesuatu di dalamnya kecuali Allah SWT mengabulkan permintaannya, selama tidak meminta dosa atau memutus tali shilaturrahim. Hari kiamat juga terjadi di hari Jumat. Tiada Malaikat yang didekatkan di sisi Allah SWT, langit, bumi, angin, gunung dan batu kecuali ia khawatir terjadinya kiamat saat hari Jumat”.
(Manahij al-Imdad Syarh Irsyad al-‘Ibad, juz.1, hal.286)

Editor : Kastolani Marzuki

Follow Berita iNews di Google News