Mama Aden menggembleng murid-muridnya menjadi dai untuk menyebarluaskan agama Islam di Tatar Pasundan. Para santri yang telah tamat menimba ilmu agama di bawah bimbingan KH Abdurrohim, kemudian bermukim dan mensyiarkan Islam di tempat baru.
"Dulu bentuk bangunannya tidak seperti ini, tapi berbentuk kobong atau tempat tinggal santri. Saat itu digunakan untuk belajar mengaji. Ketika Mama Abdurohim membangun masjid ini, metode pengajaran yang digunakan adalah metode pesantren," kata Sekretaris DKM Masjid Jami Mungsolkanas Dedy Priyatna, Sabtu (17/4/2021).
Nama masjid ini memang terdengar asing dan unik di telinga masyarakat. Tidak seperti tempat ibadah umat Islam umumnya yang menggunakan nama-nama khas Arab atau Asmaulhusna, masjid ini justru menggunakan bahasa Sunda.
Menurut Dedy Priyatna, penggunaan bahasa Sunda sebagai nama masjid karena berdiri pada zaman kolonial Belanda. Pendek kata nama Mungsolkanas dipakai untuk menghindari resistensi dari penjajah kala itu.
"Mungsolkanas ini singkatan atau kirata dari Mangga Urang Ngaos Sholawat ka Kanjeng Nabi Muhammad Salallohu Allaihi Wassalam," ujar Dedy.
Editor : Agus Warsudi
Follow Berita iNews di Google News