Jejak Kerajaan Saung Agung di Wanayasa, Penentang Persetujuan Prabu Surawisesa dan Portugis

Asep Supiandi · Rabu, 07 September 2022 - 11:58 WIB
Jejak Kerajaan Saung Agung di Wanayasa, Penentang Persetujuan Prabu Surawisesa dan Portugis
Situ Wanayasa merupakan ikon Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Wilayah yang berada di lereng Gunung Burangrang ini memiliki perjalanan panjang dari masa ke masa sebagai. (Foto: Istimewa) 

Penaklukan oleh Cirebon tidak semata-mata untuk menguasai apalagi menghancur-leburkan suatu kerajaan atau wilayah. Namun juga sebagai bagian dari upaya untuk menyebarkan agama Islam. Bukan tidak mungkin pada saat itu sebagian penduduk Saung Agung sudah ada yang menganut agama Islam. Pasalnya, pada saat yang bersamaan di Sagalaherang sudah ada tokoh penyebar agama Islam dari Kerajaan Talaga, yakni Aria Wangsa Goparana. Sedangkan Kerajaan Talaga dapat ditaklukkan Cirebon serta sudah menjadi bagian wilayah Cirebon sekitar tahun 1630-an.

Diduga kuat penduduk Wanayasa yang berasal dari masa Kerajaan Saung Agung ini masih ada. Secara samar-samar jejaknya memang ada. Misalnya saja dengan adanya petilasan Batu Kasur di Cibeber (Kiarapedes), yang menurut keterangan masyarakat setempat dulunya
adalah tempat pemujaan. Selain itu, juga ditemukan arca Nandi di sekitar Sungai Cilamaya.

Memang sekarang tempat ditemukannya arca Nandi tersebut masuk ke wilayah administratif Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten Subang. Namun jika melihat letak geografisnya, diduga daerah tersebut dulunya merupakan bagian, paling tidak bersinggungan dengan
Kerajaan Saung Agung. Sebuah kompleks yang mencakup Batu Tulis (menurut masyarakat setempat), Batu Kacapi, dan Batu Lawang. 

Kemudian di Kampung Panembahan (Desa Pasanggrahan, Bojong) terdapat makam Eyang Pandita, yang diduga berkaitan dengan daerah “kabuyutan” pada zaman Pajajaran. Di Kompleks Gunung Geulis (Ciracas, Kiarapedes)terdapat makam Eyang Rangga Wulung dan makam Ratu Inten Dewata, yang katanya berasal dari Pajajaran.

Tempat lainnya yang diduga ada kaitannya dengan masa-masa itu adalah daerah di sekitar Curug Cimanahrasa. Di sekitar curug terdapat sebuah dataran kira-kira seluas lapangan sepakbola, yang dikelilingi selokan (parit). Diduga merupakan parit buatan. Berada di sebuah lembah yang dikelilingi hutan pinus. Sementara di dataran tersebut nyaris tidak ada pohon besar yang tumbuh. Kompleks Curug Cimanahrasa berada tidak jauh dari Pasir Nagara Cina. Kepastiannya memang masih memerlukan penelitian lebih saksama.


Editor : Asep Supiandi

Follow Berita iNews di Google News