Jejak Kerajaan Saung Agung di Wanayasa, Penentang Persetujuan Prabu Surawisesa dan Portugis

Asep Supiandi · Rabu, 07 September 2022 - 11:58 WIB
Jejak Kerajaan Saung Agung di Wanayasa, Penentang Persetujuan Prabu Surawisesa dan Portugis
Situ Wanayasa merupakan ikon Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Wilayah yang berada di lereng Gunung Burangrang ini memiliki perjalanan panjang dari masa ke masa sebagai. (Foto: Istimewa) 

Sebelumnya acara “Hajat Mulud” ini sangat tertutup, sehingga tidak banyak orang luar yang mengetahuinya. Baru sekitar tahun 2005 beberapa orang dari luar komunitas mereka dari Wanayasa dan Kiarapedes diundang untuk menghadiri acara tersebut.

Diduga kuat mereka merupakan kelompok masyarakat yang berasal dari masa-masa akhir Kerajaan Pajajaran di daerah Wanayasa. Mereka beragama Islam. Namun jika mencermati salah satu ritual keagamaannya, yakni “Hajat Mulud”, tampak adanya sinkretisme antara tradisi Sunda lama dengan agama Islam. Terebang (alat musik sejenis rebana), yang di daerah Cirebon dan sekitarnya disebut gembyung, merupakan alat musik yang dipergunakan untuk mengiringi syair-syair Islami berbahasa Arab, seperti petikan Kitab Barjanji. 

Dalam upacara selamatan bayi, misalnya, terebangan merupakan selingan dari pembacaan wawacan yang disebut beluk. Namun beberapa lagu buhun di Ciseureuh sepenuhnya menggunakan bahasa Sunda buhun, seperti dalam lagu “Ayun Ambing”. Tak kurang dari 17 lagu buhun terebangan di Ciseureuh yang menggunakan bahasa Sunda kuno.


Editor : Asep Supiandi

Follow Berita iNews di Google News